Selasa, 07 April 2015

Refleksi Pemikiran Politik Islam


Nama    : Firdauz Rusdy Santari
NIM       : 1302045118



Jika saya menjadi seorang pemikir, maka saya akan lebih memilih untuk menjadi pemikir islam di zaman klasik karena segalanya serba terintegrasi. Dimana lisan, hati dan tindakan saling bersatu padu dan tidak ada pertentangan diantaranya. Maksudnya adalah disaat mulut berkata ya, hati dan perbuatan kita akan berbuat ya juga. Selain itu pemikir islam di zaman klasik juga lebih menguasai ilmu dalam berbagai hal meskipun ilmu tersebut kemungkinan tidaklah sedalam ilmu yang dimiliki oleh seorang spesialis, namun mereka (para pemikir di zaman klasik) mempunyai ilmu yang luas dan itu sangat jarang ditemukan masa sekarang.
Pemikir politik di zaman klasik yang saya kagumi adalah Abul Wafa Muhammad Ibn Muhammad Ibn Yahya Ibn Ismail Buzjani / Abul Wafa. Beliau adalah seorang ahli astronomi dan matematikawan dari Persia. Pada tahun 959, Abul Wafa pindah ke Irak, dan mempelajari matematika khususnya trigonometri di sana.
Dia juga mempelajari pergerakan bulan; salah satu kawah di bulan dinamai Abul Wáfa sesuai dengan namanya.
Salah satu kontribusinya dalam trigonometri adalah mengembangkan fungsi tangen dan mengembangkan metode untuk menghitung tabel trigonometri.

Kritik dan Saran:
Kritik: Sebaiknya Ibu Unis lebih meningkatkan lagi intensitas dalam mengajar kami dan kurangi keterlambatan, meskipun saya tau jika keterlambatan tersebut  merupakan ketidak sengajaan dan hal tersebut diakibatkan karena kesibukan yang Ibu punya.
Saran: Pertahankan metode yang Ibu lakukan sekarang karena saya sangat menyukai metode tersebut dimana jarang sekali melibatkan teknologi (infocus) dan hal tersebut akan membuat mahasiswa menjadi aktif.  Dan kalau bisa pertemuan 1-16 Ibu saja yang mengisi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar