7. Kamboja
Nama : Irvan Sahrir
Kerajaan Kamboja adalah
sebuah negara berbentuk monarki konstitusional di Asia Tenggara. Negara ini
merupakan penerus Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh Semenanjung
Indochina antara abad ke-11 dan 14. Nama resmi negara ini dalam bahasa
Indonesia adalah Kerajaan Kamboja (Bahasa Inggris: Kingdom of Cambodia),
merupakan hasil terjemahan dari bahasa Khmer Preăh Réachéanachâk Kâmpŭchéa.
Sering disingkat menjadi Kampuchea (Bahasa Khmer: កម្ពុជា). Kata Kampuchea berasal dari Bahasa Sansekerta
yaitu Kambuja.
Geografi
Kamboja mempunyai area
seluas 181.035 km2. Berbatasan dengan Thailand di barat dan utara, Laos di
timurlaut dan Vietnam di timur dan tenggara. Kenampakan geografis yang menarik
di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat banjir di
Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang
berketinggian sekitar 1.813 mdpl.
Kenampakan geografis
yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat
banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang
berketinggian sekitar 1.813 mdpl.
*
Lokasi : Asia tenggara, berbatasan dengan teluk Thailand, antara Thailand,
Vietnam dan Laos
*
Koordinat Geografi : 13 00 U, 105 00 T
*
Wilayah : Total 181.040 km2 dengan daratan 176.520 km2 dan Perairan: 4.520km2
*
Perbatasan Darat : Total 2.572 km2 negara perbatasan : Laos 541 km, Thailand
803 km, Vietnam 1.228 km
*
Garis pantai : 443 km
*
Iklim : tropis, musim monsoon (mei sampai November); musim panas (Desember
sampai april); sedikit variasi temperatur musiman
*
Sumber Daya Alam : Minyak dan gas, kayu, batu berharga, besi mentah, manganese,
phospates, hydropower potential
Isu lingkungan Negara
kamboja adalah penebangan kayu illegal di sepanjang wilayah Negara, penambangan
liar untuk batu berharga di wilayah barat perbatasan Thailand menyebabkan
hilangnya habitat dan berkurangnya biodiversity (khususnya, perusakan rawa
bakau yang mengancam perikanan alami); erosi tanah; di wilayah rural, sebagian
besar populasi tidak memiliki akses air yang layak, penurunan persediaan ikan
akibat penangkapan ikan yang ilegal dan berlebihan.
Letak geografis negara
beriklim tropis itu bersebelahan dengan sejumlah negara anggota ASEAN. Wilayah
bagian tengah Kamboja adalah sebuah basin atau cekungan yang dikelilingi oleh
dataran yang luas. Wilayah Kamboja dialiri oleh Sungai Mekong yang merupakan
sungai terpanjang di negara ini. Sebelah tenggara cekungan terdapat delta
Sungai Mekong, sedangkan di sebelah utara dan barat daya cekungan terdapat
beberapa rangkaian pegunungan. Di bagian timur Kamboja berupa dataran tinggi.
Kenampakan geografis yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine
yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah
Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813 mdpl.
Secara menyeluruh,
bentuk wilayah Kamboja menyerupai piring. Di bagian tengahnya terdapat dataran
besar Tonle Sap, sedangkan bagian tepi dibentuk oleh deetan pegunungan. Di
sebelah utara terdapat Pegunungan Dong Rek (Phanon Dang Reh) dan di bagian barat
terdapat Pegunungan Cardamon. Barisan pegunungan itu memiliki ketinggian 750 –
900 meter. Puncak tertingginya adalah Gunung Phnum Aoral (1.771 m). Di bagian
timur dapat dijumpai Plato Rotanikiri dan Plato Mondol.
Danau Tonle Sap memiliki
ciri geografis yang luar biasa. Air danau berasal dari Sungai Tonle Sap, yaitu
anak Sungai Mekong yang meluap pada bulan Mei dan Oktober. Dalam bulan-bulan
itu cabangcabang Sungai Mekong di wilayah Vietnam bagian selatan tidak mampu
menampung luapan air itu. Akibatnya, luapan air kembali ke Sungai Bassac dan
Sungai Tonle Sap, sehingga membanjiri daerah sekitar danau. Pada puncaknya,
banjir tersebut akan melipat gandakan luas permukaan air danau.
Jika semula luas
permukaannya hanya 3.000 km2 , maka oleh luapan banjir akan menjadi 10.000 km2
lebih. Gejala tersebut menguntungkan bagi kegiatan perikanan darat di Kamboja.
Daerah pantai sepanjang
560 km di tepi Teluk Thailand berupa tanah berbatu-batu. Dataran pantainya
sebagian besar sempit dan terpotong-potong oleh Pegunungan Elephant yang
membujur ke arah pantai. Wilayah tersebut memiliki pelabuhan alam terbaik yaitu
di Teluk Kompong Som dan beberapa pulau di lepas pantai.
Kamboja memiliki banyak
varietas tumbuhan dan hewan. Terdapat 212 spesies mamalia, 536 spesies burung,
240 spesies reptil, 850 spesies ikan air tawar (di area Danau Tonle Sap), dan
435 spesies ikan air laut.
Laju deforestasi di
Kamboja adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Pada tahun 1969, luas hutan
di Kamboja meliputi lebih dari 70% dari luas total dan menurun menjadi hanya
3,1% pada tahun 2007. Kamboja kehilangan 25.000 kilometer persegi hutan.
Sebenarnya, Kamboja bisa
menjadi sebuah negara yang kaya. Karena dalam beberapa tahun belakangan ini,
kondisinya lebih baik dari Ethiopia, Turki, Peru, Mesir, Afganistan atau Irak.
Namun dengan tidak stabilnya kondisi politik, maka kemungkinan pertumbuhan
ekonomi tidak dapat terwujud.
Pertanian padi merupakan
tanaman utama, terutama di sekitar Tonselap, istimewa dekat Battambang.
Disepanjang sebelah menyebelah hilir Mekong dan di selatan Kompong Cham pada
umumnya penghasilan padi rendah, namun demikian masih terdapat kelebihan padi
untuk diekspor karena penduduknya tidak banyak.
Getah merupakan tanaman
ladang yang paling penting dan juga sebagai bahan ekspor utama bagi negeri ini.
Daerah penanamannya di sepanjang bukit Cardamon dan di tanah tinggi Annam dekat
Kompong Cham. Lada hitam termasuk penting, terutama diusahakan orang Cina dan
merupakan bahan ekspor. Daerah penanamannya di pegunungan Gajah dekat Kampot.
Tanaman lain yang diusahakan merupakan tanaman kering seperti tembakau, kapas,
kacang tanah, jagung, kapuk, tebu dan lain-lain. Tanaman ini terutama terdapat
di tanah pamah sepanjang Mekong dan Tonselap, sedangkan Jute di sekitar Battambang
untuk membuat goni, beras dan tikar kasar.
Perikanan merupakan
kegiatan kedua di negara ini, kebanyakan para petani menjadi nelayan pada musim
kering. Daerah perikanan terpenting ialah Tonselap yang menghasilkan 50% dari
jumlah tangkapan ikan di Khmer. Daerah perikanan lainnya meliputi kawasan
pinggir laut di sepanjang Mekong dan cabang-cabangnya di sawah padi dan
paya-paya. Sebagian besar hasil tangkapan ikan di negara ini telah dijadikan
bahan ekspor.
Bahan galian
(pertambangan) kurang penting, karena jumlahnya kecil, hanya fosfat dan biji
besi yang ditambang dalam jumlah besar. Biji besi terdapat dekat Phnom Penh dan
posfat dekat Kampot dan Battambang.
Demografi
Kamboja merupakan negara
yang berpenduduk nomor dua terkecil di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk
sekitar 10 juta jiwa. Mayoritas negara-negara lainnya di Asia Tenggara memiliki
jumlah penduduk yang jauh lebih banyak daripada Kamboja, seperti : Indonesia
dengan 210 juta jiwa, Vietnam dengan 80 juta jiwa, Philipina dengan 73 juta
jiwa, Thailand dengan 64 juta jiwa, Myanmar 50 juta jiwa dan Malaysia 19.9 juta
jiwa. Hanya Laos yang memiliki jumlah penduduk yang kecil dengan hanya 5.5 juta
jiwa. Dengan perbandingan, Singapura memiliki jumlah penduduk sekitar 3.4 juta
jiwa.Pada tahun 1975,
Selama empat tahun masa
kekuasaan dari Khmer merah, jumlah penduduk menurun drastis menjadi hanya 6
juta jiwa, banyak dari mereka yang di bunuh oleh khmer merah tetapi ada juga
yang kelaparan dan ada pula yang bermigrasi dalam jumlah yang cukup besar,
terutama orang-orang dari etnik Vietnam.Kelompok penduduk yang dominan di
Kamboja adalah dari etnik Khmer, sekitar 85 % dari jumlah keseluruhan penduduk
kamboja. Sisanya adalah orang dari etnik Vietnam, lalu diikuti oleh orang-orang
dari etnik Cina, dan sekitar 100.000 muslim Cham, serta yang terakhir adalah
beberapa dari suku primitif.
Agama Buddha Theravada
adalah agama resmi di Kamboja, dengan jumlah pemeluk sekitar 95% dari total
penduduk. Terdapat 4.392 wihara di kamboja .Agama terbesar kedua adalah Islam
yang merupakan etnis Chams dan Melayu. Mereka kebanyakan tinggal di Provinsi
Kampong Cham. Terdapat 300.000 warga Muslim di negara ini. Satu persen penduduk
Kamboja memeluk agama Kristen, dengan yang terbesar adalah Kristen Katolik
diikuti dengan Kristen Protestan. Terdapat sekitar 20.000 penduduk beragama
Katolik di Kamboja dan merupakan 0,15% dari seluruh penduduk Kamboja. Agama
Buddha Mahayana adalah agama yang mayoritar dipeluk oleh warga Tionghoa dan orang
Vietnam di Kamboja.
Angka harapan hidup
adalah 60 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan pada tahun 2010.
Ini meningkat dari angka harapan hidup pada tahun 1999 yaitu 49,8 tahun untuk
laki-laki dan 46,8 tahun untuk perempuan. Pemerintah Kerajaan Kamboja berencana
untuk meningkatkan kualitas kesehatan di negaranya dengan menanggulangi
HIV/AIDS, malaria, dan wabah lainnya. Anggaran yang dikeluarkan untuk kesehatan
adalah 5,8%.
Budaya di Kamboja
sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya dengan
dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain,
seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang
diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola. Tarian
Kamboja dibagi menjadi tiga kategori: tarian klasik Khmer, tarian rakyat, dan
tarian sosial.
Perekonomian di Kamboja
ditopang oleh sektor pertanian. Sekitar 80% lahan pertanian ditanami padi.
Daerah penanaman padi berada di dataran besar Tonle ap dan sekitar Sungai
Mekong. Hasil pertanian lainnya mmeliputi karet, umbi-umbian, jagung, buncis,
dan tembakau. Kegiatan industri meliputi industri semen dan pengolahan karet.
Pada tanggal 9 November
1953, Perancis memberikan kemerdekaan untuk Kamboja dan pada saat itu Sihanouk
menyatakan bahwa Kamboja merupakan negara netral yang tidak terlibat dalam
perang Vietnam. Dalam periode 1970-1993, Kamboja memasuki masa perang saudara
yang menghancurkan infrastruktur fisik dan kemampuan sumber daya manusia,
sewaktu Pangeran Sihanouk pergi ke luar negeri, keponakannya Pangeran Sisowath
Sirik Matak bersama Lon Nol melakukan kudeta. Semenjak itu kemelut semakin
besar di negara Kamboja pada masa ini juga ditandai dengan berkuasanya rezim
Khmer Merah. Bahasa resmi penduduk Kamboja adalah bahasa Khmer. Bahasa lain
yang digunakan adalah bahasa Prancis, sebagian besar penduduk beragama Buddha.
Jumlah penduduk negara ini 11.168.000 jiwa. Sebagian besar penghidupan
penduduknya di sektor pertanian. Hasil pertanian di Kamboja adalah beras,
jagung, merica, tembakau, kapas, gula aren, dan lain sebagainya. Sedangkan
hasil tambangnya adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil industri Kamboja
adalah tekstil, kertas, plywood, dan minyak.
Tahun 1999, tahun
pertama perdamaian setelah 30 tahun, pemerintah membuat kemajuan dalam
reformasi ekonomi. AS dan Kamboja menandatangani Perjanjian Tekstil Bilateral,
yang memberikan Kamboja jaminan quota untuk impor tekstil AS dan bonus karena
memperbaiki kondisi bekerja dan mendorong hukum tenaga kerja Kamboja dan
standar tenaga kerja internasional dalam industri tersebut. Dari 2001 sampai
2004, ekonomi tumbuh rata-rata 6.4%, disebabkan oleh ekspansi di bidang garmen
dan pariwisata. Dengan berakhirnya Perjanjian WTO untuk Tekstil dan Pakaian
tahun 2005, produsen tekstil di Kamboja terpaksa bersaing dengan negara
produsen yang harganya lebih rendah seperti Cina dan India. Walaupun
pertumbuhan GDP diperkirakan kurang dari 3%, lebih dari yang diharapkan untuk
kinerja sector garmen membuat IMF memperkirakan pertumbuhan 6% di 2005.
berhadapan dengan kemungkinan industri garmen yang menyediakan lebih dari
200.000 mata pencaharian mungkin terancam.
Pemerintah Kamboja
berkomitmen untuk membuat kebijakan yang mendukung standar tenaga kerja yang
tinggi sebagai usaha untuk berada di posisi pembeli. Industri pariwisata terus
tumbuh dengan pesat, dengan turis asing yang datang lebih dari 1 juta sampai
September 2005. di 2005, persediaan minyak dan gas alam yang dapat
dieksploitasi ditemukan di bawah wilayah perairan Kamboja, menciptaka pemasukan
baru untuk pemerintah saat penambangan komersil dimulai tahun mendatang.
Pembangunan ekonomi jangka panjang tetap menjadi tantangan. Pemerintah Kamboja
terus bekerja dengan pendonor bilateral dan multilateral, termasuk IMF dan Bank
Dunia, untuk menyampaikan kebutuhan Negara yang mendesak. Desember 2004,
pendonor resmi memeberikan $504 juta sebagai bantuan untuk 2005 dengan syarat
pemerintah Kamboja melakukan langkah-langkah untuk mengurangi korupsi.
Tantangan ekonomi besar untuk Kamboja untuk satu decade ke depan adalah untuk
menciptakan lingkunag perekonomian dimana sector swasta dapat menciptakan
pekerjaan yang cukup untuk mengatasi ketidakseimbangan demografi Kamboja. Lebih
dari 50% dari populasi berusia 20 tahun atau kurang. Populasi kurang memiliki
pendidikan dan kemampuan yang produktif, khusunya di wilayah yang didominasi
kemiskinan yang menderita karena kekurangan infrastruktur dasar. Sebesar 75%
dari populasi tetap terlibat dalam pertanian yang sudah kokoh. Perekonomian
Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun
1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per
kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila
dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0%
pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan
utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu
bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di
Kamboja.
Perlambatan ekonomi
pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi asing dan
turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya
kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.
Pada tahun 2009 Dana
Moneter Internasional (IMF), mengatakan, ekonomi Kamboja tahun 2009 menyusut
lebih dari perkiraan sebelumnya karena krisis ekonomi global berdampak buruk di
negeri ini.
IMF pada awal tahun 2009
memperkirakan penyusutan sebesar 0,5 persen tetapi sekarang melihat kontraksi
2,75 persen karena ekonomi “tidak bekerja sebaik yang diperkirakan” di beberapa
daerah, pejabat IMF David Cowen mengatakan setelah kunjungan untuk mengevaluasi
pembangunan.
Perekonomian Kamboja
sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an,
Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita
Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila
dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0%
pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan
utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu
bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di
Kamboja.
Perlambatan ekonomi
pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi asing dan
turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya
kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.
Pertumbuhan ekonomi
Kamboja didukung oleh empat sektor utama yaitu, pertanian, pariwisata, garmen
dan properti. Pendapatan per kapita di Kamboja adalah 1.266 Dollar AS per
tahun. Jumlah ini di dapat berdasarkan sistem pengukuran baru, yang digunakan
oleh organisasi-organisasi internasional seperti Bank Dunia.
Perekonomian Kamboja
sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an,
Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita
Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila
dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0%
pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan
utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu
bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di
Kamboja.
Setelah beberapa dekade
terbelit perang dan konflik, kini Kamboja menikmati pertumbuhan ekonomi yang
mencapai 10 persen/ tahun selama lima tahun terakhir. Namun, pada tahun 2009
pertumbuhan ekonomi Kamboja turun drastis menjadi 0.1%, sementara tahun 2010
diprediksikan mencapai 5%.
Pertumbuhan ekonomi yang
tinggi telah menurunkan tingkat kemiskinan dari 47% pada tahun 1994 menjadi
sekitar 30% pada tahun 2009. Dengan demikian Kamboja telah berhasil menurunkan
tingkat kemiskinan sebesar 1% setiap tahunnya. GDP per kapita meningkat dari
US$ 247 pada tahun 1994 menjadi US$ 693 (2009) dan diprediksikan sebesar US$735
(2010).
Produk utama sektor
pertanian Kamboja adalah padi. Pemerintah Kamboja telah berhasil meningkatkan
kapasitas produksi padi sebanyak 2,6 ton per hektar selama tahun 2005-2008.
Pada tahun 2008, Kamboja berhasil memproduksi 7,17 juta ton padi. Pada tahun
2009 Kamboja dapat memproduksi 8 juta ton beras.
Pemerintah Kamboja akan
terus mendorong peningkatan produktivitas tanaman dari 2,6 ton per hektar
menjadi 3 ton per hektar. Pemerintah juga akan melakukan diversifikasi pangan
dengan mendorong peningkatan produksi maizena, kacang-kacangan, singkong,
kentang, sayur-sayuran, soya bean dan tebu.
Guna mendukung trend
peningkatan sektor pertanian, pada bulan April 2010, PM Hun Sen mencanangkan
kebijakan pertanian baru yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas
pertanian khususnya padi, antara lain dengan meniadakan lisensi ekspor untuk
beras serta berbagai insentif investasi bagi sektor pertanian.
Sektor garmen merupakan
salah satu sektor unggulan yang selama ini menjadi motor penggerak pertumbuhan
ekonomi Kamboja. Pada tahun 2008, sektor garmen menyumbangkan 15 persen dari
GDP Kamboja dan 65 persen dari total ekspor Kamboja. Neraca perdagangan Kamboja
sampai dengan tahun 2008 masih didominasi ekspor sektor garmen Kamboja yang
tercatat mencapai USD 2,9 milyar, sedangkan impor garmen Kamboja sebesar USD
1,298 milyar. Pasar utama bagi garmen kamboja adalah Amerika Serikat dan Uni
Eropa dengan 90% dari produknya diekspor ke kedua wilayah ekonomi tersebut.
Peningkatan signifikan
terjadi pada semester pertama 2010 dengan peningkatan jumlah wisatawan sebesar
12.39 % dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Diprediksikan bahwa total
wisatawan pada tahun 2010 berkisar 2.4 juta orang atau mengalami peningkatan
sebesar 12 %.
Tempat tujuan wisata
utama Kamboja adalah Propinsi Siem Reap dengan daya tarikCandi Angkor Wat-nya,
yang pada pertengahan tahun 2010 telah mencatatkan kedatangan wisatawan sebesar
640,944 atau 52.5% dari keseluruhan wisatawan ke Kamboja.
Sektor properti pada
tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan karena penurunan spending
untuk megaproyek di Kamboja sehingga menyebabkan menurunnya investasi dari US$
815 juta pada tahun 2008 menjadi US$ 490 juta tahun 2009.
Pada tahun 2011
pendapatan per kapita di Kamboja adalah sekitar $2.470 sampai $1.040.
Pendapatan per kapita di Kamboja terus meningkat tetapi termasuk rendah
dibandingkan negara lain di sekitarnya. Masyarakat kebanyakan bergantung kepada
pertanian dan beberapa sektor lainnya. Nasi, ikan, kayu, tekstil, dan karet
adalah ekspor utama Kamboja.
Perekonomian Kamboja
sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an,
Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita
Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila
dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0%
pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001.
Perlambatan ekonomi
pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi asing dan
turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya
kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.
Industri pariwisata
adalah penghasilan terbesar kedua di Kamboja setelah industri tekstil. Antara
Januari dan Desember 2007, terdapat sekitar 2 juta wisatawan asing, meningkat
18,5% dari tahun 2006. Kebanyakan wisatawan (51%) mengunjungi Siem Reap dan
sisanya (49%) menuju Phnom Penh dan destinasi lainnya. Kebanyakan wisatawan
datang dari Jepang, Cina, Filipina, Amerika, Korea Selatan, dan Prancis.
Suvenir yang terdapat di Kamboja antara lain kerajinan dari keramik, sabun,
rempah-rempah, ukiran kayu, kerajinan perak, dan kerajinan dari botol yang
didalamnya terdapat wine beras.
Sektor garmen merupakan
salah satu sektor unggulan yang selama ini menjadi motor penggerak pertumbuhan
ekonomi Kamboja. Pada tahun 2008, sektor garmen menyumbangkan 15 persen dari
GDP Kamboja dan 65 persen dari total ekspor Kamboja. Neraca perdagangan Kamboja
sampai dengan tahun 2008 masih didominasi ekspor sektor garmen Kamboja yang
tercatat mencapai USD 2,9 milyar, sedangkan impor garmen Kamboja sebesar USD
1,298 milyar. Pasar utama bagi garmen kamboja adalah Amerika Serikat dan Uni
Eropa dengan 90% dari produknya diekspor ke kedua wilayah ekonomi tersebut.
Kamboja merupakan salah
satu negara yang memiliki komoditas utama seperti pakaian, kayu, karet, beras,
ikan, tembakau dan alas kaki. Kamboja memiliki hutan kayu yang paling berharga
dan penghasil permata yang paling produktif di dunia (kecuali berlian).
Kamboja, sebagian besar wilayahnya merupakan daratan yang subur karena di sana
terdapat salah satu sungai terbesar di Asia, yaitu Sungai Mekong.
Sebenarnya, Kamboja bisa
menjadi sebuah negara yang kaya. Karena dalam beberapa tahun belakangan ini,
kondisinya lebih baik dari Ethiopia, Turki, Peru, Mesir, Afganistan atau Irak.
Namun dengan tidak stabilnya kondisi politik, maka kemungkinan pertumbuhan
ekonomi tidak dapat terwujud.
Pertanian padi merupakan
tanaman utama, penanamannya terutama di sekitar Tonselap, istimewa dekat
Battambang. Disepanjang sebelah menyebelah hilir Mekong dan di selatan Kompong
Cham pada umumnya penghasilan padi rendah, namun demikian masih terdapat
kelebihan padi utnuk diekspor karena penduduknya tidak banyak.
Getah merupakan tanaman
ladang yang paling penting dan juga sebagai bahan ekspor utama bagi negeri ini.
Daerah penanamannya di sepanjang bukit Cardamon dan di tanah tinggi Annam dekat
Kompong Cham. Lada hitam termasuk penting, terutama diusahakan orang Cina dan
merupakan bahan ekspor. Daerah penanamannya di pegunungan Gajah dekat Kampot.
Tanaman lain yang diusahakan merupakan tanaman kering seperti tembakau, kapas,
kacang tanah, jagung, kapuk, tebu dan lain-lain. Tanaman ini terutama terdapat
di tanah pamah sepanjang Mekong dan Tonselap, sedangkan Jute di sekitar
Battambang untuk membuat goni, beras dan tikar kasar.
Perikanan merupakan
kegiatan kedua besarnya di negara ini, kebanyakn para petani menjadi nelayan
pada musim kering. Daerah perikanan terpenting ialah Tonselap yang menghasilkan
50% dari jumlah tangkapan ikan di Khmer. Daerah perikanan lainnya meliputi
kawasan pinggir laut di sepanjang Mekong dan cabang-cabangnya di sawah padi dan
paya-paya. Sebagian besar hasil tangkapan ikan di negara ini telah dijadikan
bahan ekspor.
Bahan galian
(pertambangan) kurang penitng, karena jumlahnya kecil, hanya fosfat dan biji
besi yang ditambang dalam jumlah besar. Biji besi terdapat dekat Phnom Penh dan
posfat dekat Kampot dan Battambang.
Sosial Budaya
Budaya di Kamboja
sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya dengan
dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain,
seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang
diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola.
Budaya di Kamboja
sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya dengan
dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain,
seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang
diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola. Tarian
Kamboja dibagi menjadi tiga kategori: tarian klasik Khmer, tarian rakyat, dan
tarian sosial.
Di Kamboja terdapat
beberapa tempai dengan akses internet gratis untuk publik seperti di kedai
kopi, bar, restoran, dan SPBU. Kebanyakan masyarakat Kamboja menjelajah
internet dengan menggunakan modem USB dan ponsel dengan biaya sekitar $12 per
bulannya.
Seni dan pertunjukan
tradisional biasanya digunakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Khmer
pada beberapa abad lalu, seperti yang digambarkan pada pahatan timbul Angkor
Wat. Bagaimanapun, saat Khmer Merah memerintah di Kamboja dari tahun 1975 hingga
1979, banyak seni Khmer yang dilarang dan dihancurkan, termasuk kuil-kuil.
Banyak juga penari, penyanyi, dan artis yang dibunuh.
Sekarang Kamboja dengan
bantuan dari negara-negara asing, mencoba untuk menghidupkan kembali seni dan
budaya tradisionalnya. Saat ini pertunjukan seni tradisional seperti tarian
Apsara, paling banyak diadakan oleh organisasi swasta, seperti hotel dan
restoran.
8. Filiphina
Nama : Yusra Mufassir
NIM : 1302045109
Filipina atau Republik
Filipina (Republika ng Pilipinas) adalah sebuah negara republik di Asia
Tenggara, sebelah utara Indonesia, dan Malaysia. Filipina merupakan sebuah
negara kepulauan yang terletak di Lingkar Pasifik Barat, negara ini terdiri
dari 7.107 pulau. Selama ribuan tahun, warga kepulauan Filipina yang bahagia,
dan pekerja keras ini telah mengembangkan sistem cocok tanam Padi yang sangat
maju, yang menyediakan makanan pokok bagi masyarakatnya.
Geografi
Filipina tediri dari 7.107 pulau dengan luas total daratan diperkirakan 300.000 km². Negara ini terletak antara 116° 40', dan 126° 34' BT, dan 4° 40', dan 21° 10' LU. Di timur dia berbatasan dengan Laut Filipina, di barat dengan Laut China Selatan, dan di selatan dengan Laut Sulawesi. Pulau Borneo terletak beberapa ratus kilometer di barat daya, dan Taiwan di utara. Maluku, dan Sulawesi di selatan, dan di timur adalah Palau.
Filipina tediri dari 7.107 pulau dengan luas total daratan diperkirakan 300.000 km². Negara ini terletak antara 116° 40', dan 126° 34' BT, dan 4° 40', dan 21° 10' LU. Di timur dia berbatasan dengan Laut Filipina, di barat dengan Laut China Selatan, dan di selatan dengan Laut Sulawesi. Pulau Borneo terletak beberapa ratus kilometer di barat daya, dan Taiwan di utara. Maluku, dan Sulawesi di selatan, dan di timur adalah Palau.
Kepulauan ini dibagi menjadi tiga kelompok
utama: Luzon (Region I sampai V + NCR & CAR), Visayas (VI sampai VIII), dan
Mindanao (IX sampai XIII + ARMM). Pelabuhan sibuk Manila, di Luzon, adalah ibu
kota negara, dan kota terbesar-kedua setelah Kota Quezon.
Demografi
Filipina berada di
urutan ke-12 di dunia dalam jumlah penduduk dengan jumlah 86,241,697 jiwa pada
2005. Sekitar dua per tiga penduduk tinggal di Pulau Luzon, dan Manila, ibu
kotanya, berada di urutan ke-11 dalam jumlah penduduk area metropolitan.
Orang-orang Filipina dikenal dengan nama Filipino yang berasal dari orang
aborigin Taiwan, dan bercampur dengan orang-orang Tiongkok Selatan, Polinesia,
dan Spanyol/Amerika. Orang Filipina terbagi dalam 12 kelompok etnolingustik
dengan yang terbesar adalah Tagalog, Cebuano, dan Ilocano. Penduduk asli
Filipina ialah suku Aeta namun sudah terpinggir, dan populasinya tinggal 30
ribu jiwa.
Tiga kelompok minoritas terbesar asing adalah
orang Tionghoa, Amerika, dan Asia Selatan. Sisanya adalah orang-orang Eropa,
Arab, Indonesia, Korea, dan Jepang. Orang-orang Mestizo adalah minoritas
sebesar 1-2% yang berpengaruh. Dalam penelitian dari Universitas Stanford,
ditemukan bahwa 3,6% populasi memiliki turunan dari bangsa Eropa.
95,9% penduduk Filipina bisa membaca, salah satu
yang tertinggi di Asia, dan setara untuk pria maupun wanita. Angka harapan
hidup penduduknya adalah 69,29 tahun; 72,28 untuk wanita, dan 66,44 untuk pria.
Pertumbuhan penduduk per tahunnya sebesar 2,1%, dan sekarang Filipina sedang
mengalami masalah kepadatan penduduk karena angka kelahirannya tinggi.
Filipina mempunyai kira-kira 92,2 juta penduduk
menurut perkiraan sensus 2009.
Budaya
Kebanyakan masyarakat
Filipina gemar menyanyi serta menari pada setiap kali pesta keramaian. Tarian
bambu ini memerlukan pergerakan kaki yang cocok.
Bahay Kubo merupakan rumah tradisional yang
terkenal di Filipina, yang dibuat dari daun kelapa, nipah, dan bambu. Terdapat
tanglung berbentuk bintang yang digantung di hadapan rumah yang bernama Parol.
Semasa Natal, kebanyakan masyarakat di sana gemar menjadikan parol sebagai
hiasan rumah mereka.
Organ bambu ini menggunakan lebih kurang 1.000
batang bambuh. Konon ini adalah satu-satunya organ yang dibuat dari bambu di
dunia
9. Laos
Nama : Firdaus Rusdy S.
Republik Demokratik Rakyat Laos adalah negara yang
terkurung daratan di Asia Tenggara, berbatasan dengan Myanmar dan Republik Rakyat Tiongkok di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat. Dari abad ke-14 hingga abad ke-18, negara ini disebut Lan Xang atau
"Negeri Seribu Gajah".
Laos adalah sebuah Negara Republik yang
dikelilingi oleh daratan dan terletak di bagian utara Semenanjung indocina.
Laos berasal dari kata Lan Xang yang artinya kerajaan gajah. Negara ini adalah
satu-satunya Negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak memiliki pantai. Laos
pernah dijajah oleh Prancis dan memperoleh kemerdekaan pada 22 Oktober 1953
dalam bentuk kerajaan. Sejak 3 Desember 1975 kerajan Laos berubah menjadi
Republik Laos. Laos adalah salah satu negara komunis dengan kepala pemerintahan
berupa presiden yang bernama Choummaly Sayasone dan dibantu oleh perdana
menteri yang bernama Bouasone Bouphavanh. Jika dilihat dari sudut pandang
Geografi Politik, letak wilayah negara Laos yang tidak memiliki wilayah laut
atau pantai dikenal dengan sebutan kawasan land-lock. Kondisi ini dianggap
kurang menguntungkan dari segi pertahanan dan keamanan, khususnya dari serangan
atau invasi bangsa lain.
Geografi
Negara Laos Secara astronomis, wilayah Laos
terletak antara 14°LU – 22°LU dan antara 100°BT – 108°BT. Luas total wilayah
ini mencakup 236,800 km2 dan 2% dari wilayah tersebut adalah berupa perairan.
Adapun secara geografis wilayah Negara Laos
memiliki batas batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah utara : Republik Rakyat Cina
- Sebelah selatan : Kamboja
- Sebelah barat : Myanmar dan Thailand
- Sebelah timur : Vietnam
Sedangkan secara geologis negara Laos masih
termasuk dalam lempeng eurasia yang menyatukan asia dengan eropa. Laos adalah
negara yang tidak memiliki wilayah perairan laut. Namun mempunyai lembah sungai
yang subur yaitu lembah Sungai Mekong, sehingga banyak menghasilkan tanaman
pertanian dan perkebunan, terutama padi, pisang, kopi, jagung dan tembakau.
Wilayah Laos juga emiliki sumber-sumber tambang mineral, seperti timah,
tembaga, emas, dan perak. Wilayahnya didominasi perbukitan dan pegunungan yang
tertutup hutan lebat, sehingga menghasilkan kayu sebagai salah satu
komoditasnya.
Berdasarkan letak astronomisnya, Laos beriklim
tropis dengan suhu rata-rata tahunan antara 26 C-28 C. curah hujan rata-rata
a1.500 – 2.500 mm per tahun. Laos memiliki 3 musim. Musim hujan pada bulan
Juni-Oktober akibat pengaruh angin musim barat daya. Musim kemarau yang sejuk
terjadi pada bulan – Februari karena pengaruh angin musim timur. Pada bulan
Maret – Mei terjadi musim pancaroba yang kering.
Demografi
Dengan luas wilayah Negara 239.800 km2, Laos
mempunyai penduduk yang tergolong jarang. Pada pertengahan tahun 2004, jumlah
penduduk Laos hanya 5,8 juta jiwa, dengan angka kelahiran 36 dan angka kematian
13. Rata-rata pertumbuhan penduduk alami Laos adalah 2,3% per tahun.
Diperkirakan pada tahun 2025, jumlah penduduk Laos akan mencapai 8,6 juta jiwa.
Sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah kurang lebih 6,4 juta jiwa.
Penduduk Laos terdiri dari berbagai etnis, orang
Lao hidup di tanah rendah dan dekat sungai. Orang Thai hidup di daratan tinggi,
orang Mon khmer hidup menyebar di wilayah Laos, dan orang Meo (pendatang dari
Cina Selatan). Serta Yao hidup di daerah pegunungan yang merupakan pendatang
dari Cina Selatan. Pada tahun 1975 pemerintahan Laos berbentuk kerajaan
konstitusional. Namun, setelah itu hinhga sekarang, pemerintahan Laos berbentuk
Republik dengan kepala Negara seorang presiden dan kepala pemerintahan dijabat
oleh Perdana Mentri.
Pada pertengahan tahun 2006, penduduk Laos
mencapai 6,1 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk alami rata-rata setiap tahun
2,3%. Kepadatan penduduknya adalah 23 jiwa per km2. Angka kelahiran per tahun
adalah 36 sedangkan angka kematian per tahun 13 per 1.000 penduduk.
Suku bangsa yang paling dominan di Laos adalah
suku Lao. Suku bangsa lainnya adalah Thai, Meo, Yao,Mon Khimer, cina.Dengan
presentase Lao (48%), Mon Khmer (25%), Thai (14%), Meo dan Yao (13%).
Bahasa resmi yang digunakan oleh penduduk Laos
adalah bahasa Lao. Agama mayoritas yang dianut oleh penduduk Laos adalah agama
Budha (60%) selain aliaran kepercayaan dan aliran komunis yang lainnya.
Sosial Budaya
Kebudayaan Laos Agama Theravada telah banyak
memengaruhi kebudayaan Laos. Pengaruhnya dapat terlihat pada bahasa, seni,
sastra, Seni tari, dll. Musik Laos didominasi oleh alat musik nasionalnya,
disebut khaen (sejenis pipa bambu). Sebuah kelompok musik umumnya terdiri dari
penyanyi (mor lam) dan seorang pemain khaen (mor khaen) bersama pemain rebab
dan pemain instrumen lain. Lam saravane adalah jenis musik terpopuler di antara
musik-musik Laos, tetapi etnis Lao di Thailand telah mengembangkannya menjadi
mor lam sing yang menjadi salah satu best-selling internasional.
Salah satu bukti penting dari kebudayaan Laos
kuno terdapat di Dataran Guci.
10. Vietnam
Nama : Dwi Hermawan
NIM :
1302045099
Demografi Vietnam
Vietnam memiliki populasi
sekitar 84 juta jiwa, Vietnam adalah negara terpadat nomor 13 di dunia. Vietnam
termasuk di dalam grup ekonomi "Next
Eleven";
menurut pemerintah, GDP Vietnam tumbuh sebesar
8.17% pada tahun 2006, negara dengan pertumbuhan tercepat kedua di Asia Timur dan pertama di Asia
Tenggara. Pada akhir tahun 2007, menteri keuangan menyatakan pertumbuhan GDP
Vietnam diperkirakan mencapai rekor tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir
sebesar 8.44%.
Sensus tahun 1999 memperkirakan
populasi Vietnam sekitar 76,3 juta dan perkiraan 2012 adalah sekitar 90,3 juta
jiwa. Populasi ini naik drastis dari tahun 1979 ketika reunifikasi Vietnam,
yang diperkirakan jumlah penduduknya sekitar 52,7 juta jiwa. Dan pada
tahun 2012, populasinya diperkirakan sekitar 90,3 juta jiwa.
Orang-orang Vietnam membentuk
kelompok etnis terbesar, dan juga disebut Viet atau Kinh.
Populasi mereka terkonsentrasi pada delta-delta endapan dan dataran rendah di
tepi pantai. Kelompok sosial yang homogen, orang Kinh memengaruhi kehidupan
nasional melalui kontrol mereka dalam urusan-urusan politik dan ekonomi dan
peran mereka sebagai purveyor (orang yang menyediakan) kebudayaan yang dominan.
Kontrasnya, kebanyakan etnis minoritas seperti orang Muong, etnis yang paling
dekat hubungannya dengan orang Kinh, kebanyakan ditemukan di dataran tinggi
yang meliputi dua pertiga luas keseluruhan negera. Orang Hoa (etnis Tionghoa)
dan Khmer Krom kebanyakan tinggal di dataran rendah.
Geografi Vietnam
Luas Vietnam kurang lebih
332,698 km2 (128,455 sq mi), maka ukurannya
hampir setara dengan luas Jerman. Bagian Vietnam yang
berbatasan dengan batas-batas internasionalnya seluas 4,639 km (2,883 mil) dan
panjang pantainya adalah 3,444 km (2,140 mil). Topografinya terdiri
atas bukit-bukit dan gunung-gunung berhutan lebat, dengan dataran rendah
meliputi tidak lebih dari 20%. Pegunungan berkontribusi sebesar 40% dari total
luas Vietnam, dengan bukit-bukit kecil berkontribusi sebesar 40% dan hutan
tropis 42%. Bagian Utara kebanyakan terdiri atas pegunungan dan Delta Sungai
Merah. Phan Xi Pang, berlokasi di provinsi Lao Cai, adalah gunung tertinggi di
Vietnam setinggi 3.143 m (10.312 ft). Selatan dibagi menjadi datran rendah tepi
pantai, puncak Annamite Chain,
hutan-hutan luas dan tanah yang buruk. Terdiri dari 5 plato tanah basalt yang
rata-rata rata, pegunungan berkontribusi sebesar 16% bagi tanah arable (tanah
yang cocok untuk pertanian seperti jagung dan gandum) Vietnam dan 22% dari
total lahan berhutan Vietnam.
Vietnam memiliki iklim monsoon (hujan lebat) tropis, dengan kelembaban
rata-rata 84% sepanjang tahun. Tetapi, karena perbedaan pada garis lintang dan
keanekaragaman topografi, iklim cenderung sangat bervariasi dari satu tempat
terhadap tempat yang lainnya. Pada saat musim dingin atau musim kering, umumnya
terjadi dari November hingga April, angin monsoon biasanya bertiup dari Timur
Laut sepanjang pantai RRT dan mengarah ke Teluk Tonkin, meningkatkan banyak
kelembaban; dampaknya, musim dingin di sebagian besar Vietnam adalah kering.
Suhu tahunan rata-rata umumnya lebih tinggi di dataran rendah daripada di
pegunungan dan dataran tinggi.
Kondisi
Sosial & Budaya Vietnam
Vietnam secara umum masih tergolong negara miskin dengan GDP US$280,2 miliar
(estimasi 2006). Ini menandakan kemampuan daya beli sebesar ~US$3.300 per
kapita (atau US$726 per kapita berdasarkan market exchange rate).
Tingkat inflasi diperkirakan 7.5% per tahun pada 2006. Daya beli publik
meningkat dengan pesat. Kemiskinan, berdasarkan jumlah penduduk yang hidup
dengan pendapatan di bawah $1 per hari, telah menurun secara drastis dan
sekarang lebih sedikit daripada di Tiongkok, India dan Filipina.
Kebanyakan sejarah
Vietnam, Buddha Mahayana, Taoisme dan Konfusianisme mempunyai
pengaruh kuat terhadap kehidupan berbudaya dan beragama masyarakat Vietnam.
Menurut sensus tahun 1999, 80.8% orang Vietnam tidak beragama. Kristen
diperkenalkan Perancis dan juga oleh kehadiran militer Amerika meskipun
tidak banyak pengaruhnya. Cukup banyak penganut Katolik
Roma dan Protestan dikalangan komunitas Cao Dai dan Hoa Hao.
Gereja Protestan terbesar adalah Evangelical
Church of Vietnam dan Montagnard
Evangelical Church. Keanggotan Islam Bashi dan Sunni biasanya
diakreditasikan kepada etnis minoritas Cham, tetapi ada juga pengikut Islam lainnya
di bagain Barat Daya Vietnam. Pemerintah Vietnam telah dikritik atas kekerasan
beragama. Tetapi, berkat perbaikan tentang kebebasan beragama belakangan ini,
pemerintah Amerika Serikat tidak lagi menganggap Vietnam sebagai Country of
Particular Concern (negara yang ikut campur dalam bidang-bidang
tertentu).
Vietnam memiliki jaringan sekolah-sekolah dan
univeristas-universitas negeri yang luas. Pendidikan umum di Vietnam diberikan
dalam 5 kategori: TK, SD, SMP, SMA danUniversitas.
Pelajaran-pelajaran sebagaian besar diajarkan dalam Bahasa
Vietnam. Sekolah negeri dalam jumlah besar telah dipersiapkan di kota-kota
besar dan kecil dan pedesaan untuk kepentingan menaikkan tingkat melek huruf
nasional. Ada banyak universitas-universitas spesialis yang didirikan untuk
mengembangkan tenaga kerja nasional yang luas dan terampil. Kebanyakan orang
Vietnam menempuh jalur univeristas di Kota
Ho Chi Minh dan Hanoi. Menghadapi masalah serius, sistem pendidikan Vietnam
sedang dalam proses reformasi menyeluruh yang diluncurkan oleh pemerintah.
Lebih dari ribuan tahun, kebudayaan Vietnam sangat dipengaruhi
oleh negara tetangga, RRT. Karena asosiasi lama dengan RRT, kebudayaan Vietnam
tetap kuat berpegang teguh kepada Konfusianisme yang menekankan pada
tugas-tugas yang kekeluargaan. Pendidikan dihargai sangat tinggi. Dalam
sejarah, lulus dalam ujian Mandarin kerajaan adalah satu-satunya cara bagi
seorang Vietnam untuk maju secara sosial.Dalam era sosialis, kehidupan
kebudayaan Vietnam banyak dipengaruhi oleh media yang dikontrol pemerintah dan
program budaya sosialis. Untuk beberapa dekade, pengaruh kebudayaan asing
dihindarkan dan ditekankan kepada penghargaan dan sharing kebudayaan negara-negara
komunis seperti Uni Soviet, Republik Rakyat Tiongkok, Kuba, dll. Sejak tahun
1990an, Vietnam telah terekspos secara besar kepada kebudayaan dan media Asia
Tenggara, Eropa dan Amerika.
11. Timur Leste
Nama : Marzuq Fadlulloh
Nim : 1302045140
Republik Demokratik Timor Leste (juga disebut Timor Lorosa'e), yang sebelum merdeka bernama Timor Timur, adalah sebuah negara kecil di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau Timor. Selain itu wilayah negara ini juga meliputi pulau Kambing atau Atauro, Jaco, dan enklave Oecussi-Ambeno di Timor Barat.
Timor Leste dulu adalah salah satu provinsi di Indonesia, Timor Leste secara resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Sebelumnya bernama Provinsi Timor Timur, ketika menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis "Timor Leste" sebagai nama resmi negara mereka.
Geografi
- Lokasi
- Asia Tenggara
- Koordinat
- 8°50′S 125°55′E
- Luas
- Total: 15,007 km²
- Garis pantai
- 706 km
- Relief
- Pegunungan
- Tanah irigasi
- 1.065 km²
Demografi
Pada tahun 2005 penduduk Timor Leste diperkirakan berjumlah 1.040.880 jiwa. Penduduk Timor Leste merupakan campuran antara suku bangsa Melayu dan Afrika, sebagian kecil keturunan Portugis. Mayoritas penduduk Timor Leste beragama Katolik (93%), diikuti Protestan (3%), Islam (1%), dan sisanya Buddha, Hindu (1%, masing-masing 0,5%), dan aliran kepercayaan (2%). Karena mayoritas penduduk beragama Katolik, maka kini terdapat tiga keuskupan (diosis) yaitu: Diosis Dili, Diosis Baucau dan Diosis Maliana yang baru didirikan pada tanggal 30 Januari 2010 oleh Paus Benediktus XVI.
Sosial & Budaya
Sejak kemerdekaan Timor Leste pada tahun 2002, setelah sejak tahun 1999 di bawah pemerintahan transisi PBB, berdasarkan konstitusi Timor Leste memiliki 2 bahasa resmi yaitu Bahasa Tetun dan Bahasa Portugis. Selain itu dalam konstitusi disebutkan pula bahwa Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dijadikan bahasa kerja. Dalam praktek keseharian, masyarakat banyak menggunakan bahasa Tetun Portugis sebagai bahasa ucap. Sementara bahasa Indonesia banyak dipakai untuk menulis. Misalnya anak sekolah di tingkat SMA masih menggunakan bahasa Indonesia untuk ujian akhir. Banyak mahasiswa dan dosen lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan menulis karangan ilmiah. Selain itu terdapat pula belasan bahasa daerah, diantaranya: Bekais, Bunak, Dawan, Fataluku, Galoli, Habun, Idalaka, Kawaimina, Kemak, Lovaia, Makalero, Makasai, Mambai, Tokodede, dan Wetarese.
Di bawah pemerintahan Suharto, penggunaan bahasa Portugis dilarang. Saat ini bahasa Portugis di Timor Leste diajarkan dan dipromosikan secara luas dengan bantuan dari Brasil dan Portugal, meskipun terdapat keengganan dari beberapa kalangan muda berpendidikan.
Menurut Laporan Pembangunan PBB 2006, hanya kurang dari 5% dari penduduk Timor berbicara bahasa Portugis secara fasih. Meskipun demikian, validitas laporan ini dipertanyakan oleh para anggota institut linguistik nasional Timor, yang mempertahankan pendapat bahwa bahasa Portugis diucapkan hingga 25% dari penduduk Timor. Seiring dengan bahasa lokal lainnya, bahasa Tetum merupakan bahasa yang paling umum digunakan untuk berkomunikasi, sementara itu bahasa Indonesia masih banyak digunakan di media dan sekolah dari SMA hingga perguruan tinggi. Sebagian besar kata dalam bahasa Tetum berasal dari bahasa Portugis, tetapi juga terdapat kata-kata serapan dari bahasa Indonesia, contohnya adalah notasi bilangan.
Pada tahun 2005 penduduk Timor Leste diperkirakan berjumlah 1.040.880 jiwa. Penduduk Timor Leste merupakan campuran antara suku bangsa Melayu dan Afrika, sebagian kecil keturunan Portugis. Mayoritas penduduk Timor Leste beragama Katolik (93%), diikuti Protestan (3%), Islam (1%), dan sisanya Buddha, Hindu (1%, masing-masing 0,5%), dan aliran kepercayaan (2%). Karena mayoritas penduduk beragama Katolik, maka kini terdapat tiga keuskupan (diosis) yaitu: Diosis Dili, Diosis Baucau dan Diosis Maliana yang baru didirikan pada tanggal 30 Januari 2010 oleh Paus Benediktus XVI.
Sosial & Budaya
Sejak kemerdekaan Timor Leste pada tahun 2002, setelah sejak tahun 1999 di bawah pemerintahan transisi PBB, berdasarkan konstitusi Timor Leste memiliki 2 bahasa resmi yaitu Bahasa Tetun dan Bahasa Portugis. Selain itu dalam konstitusi disebutkan pula bahwa Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dijadikan bahasa kerja. Dalam praktek keseharian, masyarakat banyak menggunakan bahasa Tetun Portugis sebagai bahasa ucap. Sementara bahasa Indonesia banyak dipakai untuk menulis. Misalnya anak sekolah di tingkat SMA masih menggunakan bahasa Indonesia untuk ujian akhir. Banyak mahasiswa dan dosen lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan menulis karangan ilmiah. Selain itu terdapat pula belasan bahasa daerah, diantaranya: Bekais, Bunak, Dawan, Fataluku, Galoli, Habun, Idalaka, Kawaimina, Kemak, Lovaia, Makalero, Makasai, Mambai, Tokodede, dan Wetarese.
Di bawah pemerintahan Suharto, penggunaan bahasa Portugis dilarang. Saat ini bahasa Portugis di Timor Leste diajarkan dan dipromosikan secara luas dengan bantuan dari Brasil dan Portugal, meskipun terdapat keengganan dari beberapa kalangan muda berpendidikan.
Menurut Laporan Pembangunan PBB 2006, hanya kurang dari 5% dari penduduk Timor berbicara bahasa Portugis secara fasih. Meskipun demikian, validitas laporan ini dipertanyakan oleh para anggota institut linguistik nasional Timor, yang mempertahankan pendapat bahwa bahasa Portugis diucapkan hingga 25% dari penduduk Timor. Seiring dengan bahasa lokal lainnya, bahasa Tetum merupakan bahasa yang paling umum digunakan untuk berkomunikasi, sementara itu bahasa Indonesia masih banyak digunakan di media dan sekolah dari SMA hingga perguruan tinggi. Sebagian besar kata dalam bahasa Tetum berasal dari bahasa Portugis, tetapi juga terdapat kata-kata serapan dari bahasa Indonesia, contohnya adalah notasi bilangan.
Etnografi Asia Tenggara
Negara-negara Asia Tenggara mendapat
banyak pengaruh dari bangsa China dan India. Pengaruh Barat juga
mendominasi Filipina karena faktor sejarah era kolonialisme. Hal ini
terlihat misalnya dari cara masyarakat Asia Tenggara makan, dimana makan
menggunakan tangan langsung adalah pengaruh dari budaya India,
sementara menggunakan sumpit merupakan pengaruh China.
Penduduk Asia Tenggara terdiri dari ras mongoloid dan negroid. Ras mongoloid terbagi menjadi dua jenis; Malayan Mongoloid dan Asiatic Mongoloid. Ras Malayan Mongoloid tersebar di Indonesia, Malaysia, Filipina, serta penduduk asli Taiwan, sedangkan Asiatic Mongoloid
tersebar di kawasan Indochina, yakni Laos, Vietnam, Kamboja, Asia
Timur, dan Asia Tengah. Secara umum, ras mongoloid memiliki cirri fisik
seperti kulit kuning hingga sawo matang, berambut lurus, memiliki bulu
badan sedikit, dan bermata sipit. Sedangkan ras negroid mendiami wilayah
Semenanjung Malaya, Filipina, dan Indonesia bagian timur yang memiliki
cirri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal, serta kelopak
mata yang lurus.
Etnis yang mendiami negara-negara di
Asia Tengara dewasa ini adalah suku Jawa sebagai kelompok etnis terbesar
di Asia Tenggara dengan lebih dari 86 juta jiwa yang mayoritas mendiami
Pulau Jawa, Indonesia. Selain suku Jawa, Indonesia juga didominasi oleh
suku Sunda. Sementara di Burma, dua per tiga bagian penduduk merupakan
etnis Burmese. Di Malaysia kebanyakan percampuran antara Melayu dan
China. Di Filipina, kelompok suku yang banyak ditemukan adalah Tagalog,
Cebuano, Ilocano, dan Hiliganyon. Selain suku-suku besar tersebut,
banyak suku minoritas yang tinggal di kawasan Asia Tenggara, antara lain
suku Akha di Thailand dan suku Semai di Malaysia. Berikut penulis akan
memaparkan mengenai kedua suku.
- Suku Akha
Suku Akha adalah kelompok etnis di
Thailand yang tinggal di desa-desa kecil di dataran tinggi di pegunungan
Yuan. Mereka juga bisa ditemukan di pengunungan Thailand Utara, barat
daya China yakni di provinsi Yunnan, Burma timur, Laos barat, dan barat
laut Vietnam. Suku Akha migrasi dari China lebih dari dua abad yang lalu
kemudian mendiami bukit-bukit di daerah Indochina tersebut. Selain suku
Akha, juga ada suku Hmong, Mien, Lenten, dan Lahu yang masih bisa
bertahan di daerah hutan (www.thejakartapost.com).
Di Thailand dan Burma, syarakat sering
menyebut suku Akha dengan “gaw” atau “ekaw” atau “kho” yang artinya
adalah seperti budak. Masyarakat suku Akha tidak mengenal adanya kelas
sosial dan semuanya dianggap setara. Penghormatan diberikan berdasarkan
usia dan pengalaman. Mereka menganut hubungan kekeluargaan dari garis
ayah atau patrilineal. Kebanyakan mata pencaharian suku Akha adalah di
sektor agrikultur. Mereka bercocok tanam seperti kedelai, sayuran, dan
padi. Secara historis, desa Akha terlibat dengan pertanian opium namun
produksi mengalami penurunan setelah pemerintah Thailand melarang keras
budidaya opium. Para wanita suku Akha juga memiliki keahlian untuk
membuat tenunan, manik-anik seperti kalung, gelang, dan sebagainya
sehingga mengundang daya tarik wisatawan untuk cinderamata.
Wanita suku Akha tidak menggunakan ring
di leher, memiliki baju khas sendiri dari bulu tebal di sekitar leher
dan alur kancing yang disebut piehong yang ramai dengan
manik-manik mencolok. Wanita suku Akha menutup tubuh mereka ketika
keluar desa, misalnya ke pasar di kota. Saat berada di desa sendiri yang
dikelilingi hutan dan lading, menjadi norma untuk wanita Akha yang
sudah menikah bertelanjang dada ketika melakukan aktivitas sehari-hari.
Hal ini sebagai tanda untuk status wanita yang sudah menikah dan para
ibu, sementara wanita muda yang belum menikah harus berpakaian lengkap.
Wanita Akha juga terkenal dengan penutup kepala khas mereka, yang mereka
gunakan di rumah ketika memasak, berkebun, atau pergi ke pasar, kecuali
saat mereka tidur. Penutup kepala tersebut dipenuhi manic-manik dan
koin seperti era kolonial Perancis.
Suku Akha menggunakan bahasa Akha untuk
berdialog sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa Akha adalag cabang dari
bahasa Lolo/Yi, yang juga termasuk rumpun bahasa Tibeto-Burman. Suku
Akha migrasi dari provinsi Yunnan di China pada pertengahan abad ke-19
karena kemenangan komunis tahun 1949 dan saat Revolusi Budaya China pada
tahun 1960an. Suku Akha diduga merupakan suku yang pernah menguasai
dataran Paoshan dan Teinchung sebelum invasi Dinasti Ming di Yunnan,
China. Kebanyakan desa-desa suku Akha dihuni oleh sekitar 50-60 keluarga
atau sekitar 300-350 orang. Agama asli orang Akha adalah percampuran
animisme dan leluhur yang menekankan hubungan manusia dengan tanah dan
tempat mereka di dunia alam dan siklus. Mereka sering melakukan berbagai
ritual keagamaan. Berkah (guih lavh) tampak dari kesuburan dan
kesehatan masyarakatnya, padi, dan hewan ternah, tampak dari para
leluhur. Roh dan manusia dianggap lahir dari ibu yang sama dan harus
hidup berdampingan hingga pertengakaran memisahkan mereka, ketika roh
pergi ke hutan dan orang tetap di desa. Sejak saat itu, roh menyebabkan
penyakit dan kekacauan di kehidupan sosial manusia (Bisht & Bankoti,
2004).
Suku Akha disebut sebagai penduduk yang
paling miskin dan konservatif, namun seiring perkembangan zaman
kehidupan mereka juga membaik. penduduk lokal sudah mulai membuat rumah
dari beton, meskipun masih banyak juga rumah panggung yang terbuat dari
bambu dan daun jati sebagai atapnya. Interior rumah biasanya merupakan
satu ruangan luas yang dibagi dengan sekat dinding yang tinggi. Mereka
tidak memiliki jendela dan lantainya adalah bambu elastis. Di lantai
bawah untuk hewan ternak, sementara di lantai atas ada area teras. Ada
tempat memasak terbuka, di dalamnya ada ruang untuk tidur. Ruangan
tersebut disekat untuk memisahkan laki-laki dan wanita, suami istri
tidak tidur bersama. Wanita suku Akha harus mengurusi urusan rumah,
bangun lebih awal, menyiapkan dan menanak nasi, dan bertanggungjawab
tentang urusan stok beras, makanan ternak, dan kayu bakar (www.akhainternationalworkcamp.org).
- Suku Semai
Suku Semai merupakan kelompok masyarakat
yang tinggal di negara-negara bagian Pahang dan Perak, menempati kedua
sisi pegunungan dengan jumah penduduk 18.327 pada tahun 1983. Mereka
merupakan kelompok terbesar dari suku-suku asli di Semenanjung Malaysia.
Namun, penduduk asli masih digolongkan sebagai kelompok minoritas
karena dengan julah 141.230 jiwa pada tahun 2008 hanya 0.5% dari jumlah
total penduduk Malaysia. Suku Semai merupakan masyarakat hetrogen dan
berasaskan dialek bahasa dan cirri-ciri fisik. Mereka juga menggunakan
bahasa Malaysia dalam aktivitas sehari-hari sebagaimana bahasa orang
asli Malaysia pada umumnya.
Mata pencaharian orang Semai pada
umumnya di sektor agrikultur, seperti menanam padi atau manioc, nelayan,
berburu, atau berdagang produk hutan minor, seperti rotan. Namun
seiring dengan perkembangan zaman dan tingkat pendidikan yang lebih
maju, banyak orang Semai yang bekerja di sektor industry di kota
setempat. Bahkan salah satu desa Semai, Ulu Geroh di Perak telah
berhasil membangun bisnis pariwisata (www.peacefulsocieties.org).
Namun, banyak orang Semai yang masih hidup nomaden meskipun pemerintah
telah menyediakan beberapa sarana air ledeng, listrik, kesehatan, dan
jalan beraspal.
Orang Semai mayoritas masih menganut
kepercayaan animisme karena faktor keturunan dari leluhur mereka. Dalam
peraturan dan hukum adat mereka, apabila ada yang tidak lagi berpegang
teguh trhadap kepercayaan asli orang Semai karena memeluk agama lain,
maka dianggap bukan lagi menjadi bagian orang Semai karena mengamalkan
ajaran agama lain, meskipun masih menhikuti cara hidup, adat, maupun
bahasa orang asli Semai.
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan
bahwa di Asia Tenggara terdapat banyak sekali etnis atau suku bangsa
baik mayoritas maupun minoritas, baik yang sudah hidup modern maupun
yang masih hidup bergantung pada alam. Hal ini menunjukkan bahwa selain
keindahan alam dan kekayaan sumber daya, heterogenitas bangsa merupakan
nilai positif bagi Asia Tenggara yang harus mendapatkan perhatian khusus
agar tidak punah. Karena keberadaan etnis tersebut yang menjadi
identitas khas bangsa Asia Tenggara.**
**
sumber http://andraina_af-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-96308-Nations%20Ethnography%20-Etnografi%20Asia%20Tenggara.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar