Minggu, 01 November 2015

Kelompok 1 HI - ASTENG - Geografis, Demografis, Etnografis & Sosial-Budaya Negara-Negara Asia Tenggara [Bagian 2]

7.      Kamboja
Nama : Irvan Sahrir


Kerajaan Kamboja adalah sebuah negara berbentuk monarki konstitusional di Asia Tenggara. Negara ini merupakan penerus Kekaisaran Khmer yang pernah menguasai seluruh Semenanjung Indochina antara abad ke-11 dan 14. Nama resmi negara ini dalam bahasa Indonesia adalah Kerajaan Kamboja (Bahasa Inggris: Kingdom of Cambodia), merupakan hasil terjemahan dari bahasa Khmer Preăh Réachéanachâk Kâmpŭchéa. Sering disingkat menjadi Kampuchea (Bahasa Khmer: កម្ពុជា). Kata Kampuchea berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu Kambuja.

Geografi
Kamboja mempunyai area seluas 181.035 km2. Berbatasan dengan Thailand di barat dan utara, Laos di timurlaut dan Vietnam di timur dan tenggara. Kenampakan geografis yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813 mdpl.

Kenampakan geografis yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813 mdpl.

    * Lokasi : Asia tenggara, berbatasan dengan teluk Thailand, antara Thailand, Vietnam dan Laos
    * Koordinat Geografi : 13 00 U, 105 00 T
    * Wilayah : Total 181.040 km2 dengan daratan 176.520 km2 dan Perairan: 4.520km2
    * Perbatasan Darat : Total 2.572 km2 negara perbatasan : Laos 541 km, Thailand 803 km, Vietnam 1.228 km
    * Garis pantai : 443 km
    * Iklim : tropis, musim monsoon (mei sampai November); musim panas (Desember sampai april); sedikit variasi temperatur musiman
    * Sumber Daya Alam : Minyak dan gas, kayu, batu berharga, besi mentah, manganese, phospates, hydropower potential

Isu lingkungan Negara kamboja adalah penebangan kayu illegal di sepanjang wilayah Negara, penambangan liar untuk batu berharga di wilayah barat perbatasan Thailand menyebabkan hilangnya habitat dan berkurangnya biodiversity (khususnya, perusakan rawa bakau yang mengancam perikanan alami); erosi tanah; di wilayah rural, sebagian besar populasi tidak memiliki akses air yang layak, penurunan persediaan ikan akibat penangkapan ikan yang ilegal dan berlebihan.

Letak geografis negara beriklim tropis itu bersebelahan dengan sejumlah negara anggota ASEAN. Wilayah bagian tengah Kamboja adalah sebuah basin atau cekungan yang dikelilingi oleh dataran yang luas. Wilayah Kamboja dialiri oleh Sungai Mekong yang merupakan sungai terpanjang di negara ini. Sebelah tenggara cekungan terdapat delta Sungai Mekong, sedangkan di sebelah utara dan barat daya cekungan terdapat beberapa rangkaian pegunungan. Di bagian timur Kamboja berupa dataran tinggi. Kenampakan geografis yang menarik di Kamboja ialah adanya dataran lacustrine yang terbentuk akibat banjir di Tonle Sap. Gunung tertinggi di Kamboja adalah Gunung Phnom Aoral yang berketinggian sekitar 1.813 mdpl.

Secara menyeluruh, bentuk wilayah Kamboja menyerupai piring. Di bagian tengahnya terdapat dataran besar Tonle Sap, sedangkan bagian tepi dibentuk oleh deetan pegunungan. Di sebelah utara terdapat Pegunungan Dong Rek (Phanon Dang Reh) dan di bagian barat terdapat Pegunungan Cardamon. Barisan pegunungan itu memiliki ketinggian 750 – 900 meter. Puncak tertingginya adalah Gunung Phnum Aoral (1.771 m). Di bagian timur dapat dijumpai Plato Rotanikiri dan Plato Mondol.

Danau Tonle Sap memiliki ciri geografis yang luar biasa. Air danau berasal dari Sungai Tonle Sap, yaitu anak Sungai Mekong yang meluap pada bulan Mei dan Oktober. Dalam bulan-bulan itu cabangcabang Sungai Mekong di wilayah Vietnam bagian selatan tidak mampu menampung luapan air itu. Akibatnya, luapan air kembali ke Sungai Bassac dan Sungai Tonle Sap, sehingga membanjiri daerah sekitar danau. Pada puncaknya, banjir tersebut akan melipat gandakan luas permukaan air danau.

Jika semula luas permukaannya hanya 3.000 km2 , maka oleh luapan banjir akan menjadi 10.000 km2 lebih. Gejala tersebut menguntungkan bagi kegiatan perikanan darat di Kamboja.

Daerah pantai sepanjang 560 km di tepi Teluk Thailand berupa tanah berbatu-batu. Dataran pantainya sebagian besar sempit dan terpotong-potong oleh Pegunungan Elephant yang membujur ke arah pantai. Wilayah tersebut memiliki pelabuhan alam terbaik yaitu di Teluk Kompong Som dan beberapa pulau di lepas pantai.

Kamboja memiliki banyak varietas tumbuhan dan hewan. Terdapat 212 spesies mamalia, 536 spesies burung, 240 spesies reptil, 850 spesies ikan air tawar (di area Danau Tonle Sap), dan 435 spesies ikan air laut.

Laju deforestasi di Kamboja adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Pada tahun 1969, luas hutan di Kamboja meliputi lebih dari 70% dari luas total dan menurun menjadi hanya 3,1% pada tahun 2007. Kamboja kehilangan 25.000 kilometer persegi hutan.

Sebenarnya, Kamboja bisa menjadi sebuah negara yang kaya. Karena dalam beberapa tahun belakangan ini, kondisinya lebih baik dari Ethiopia, Turki, Peru, Mesir, Afganistan atau Irak. Namun dengan tidak stabilnya kondisi politik, maka kemungkinan pertumbuhan ekonomi tidak dapat terwujud.

Pertanian padi merupakan tanaman utama, terutama di sekitar Tonselap, istimewa dekat Battambang. Disepanjang sebelah menyebelah hilir Mekong dan di selatan Kompong Cham pada umumnya penghasilan padi rendah, namun demikian masih terdapat kelebihan padi untuk diekspor karena penduduknya tidak banyak.

Getah merupakan tanaman ladang yang paling penting dan juga sebagai bahan ekspor utama bagi negeri ini. Daerah penanamannya di sepanjang bukit Cardamon dan di tanah tinggi Annam dekat Kompong Cham. Lada hitam termasuk penting, terutama diusahakan orang Cina dan merupakan bahan ekspor. Daerah penanamannya di pegunungan Gajah dekat Kampot. Tanaman lain yang diusahakan merupakan tanaman kering seperti tembakau, kapas, kacang tanah, jagung, kapuk, tebu dan lain-lain. Tanaman ini terutama terdapat di tanah pamah sepanjang Mekong dan Tonselap, sedangkan Jute di sekitar Battambang untuk membuat goni, beras dan tikar kasar.

Perikanan merupakan kegiatan kedua di negara ini, kebanyakan para petani menjadi nelayan pada musim kering. Daerah perikanan terpenting ialah Tonselap yang menghasilkan 50% dari jumlah tangkapan ikan di Khmer. Daerah perikanan lainnya meliputi kawasan pinggir laut di sepanjang Mekong dan cabang-cabangnya di sawah padi dan paya-paya. Sebagian besar hasil tangkapan ikan di negara ini telah dijadikan bahan ekspor.

Bahan galian (pertambangan) kurang penting, karena jumlahnya kecil, hanya fosfat dan biji besi yang ditambang dalam jumlah besar. Biji besi terdapat dekat Phnom Penh dan posfat dekat Kampot dan Battambang.

Demografi
Kamboja merupakan negara yang berpenduduk nomor dua terkecil di Asia Tenggara dengan jumlah penduduk sekitar 10 juta jiwa. Mayoritas negara-negara lainnya di Asia Tenggara memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih banyak daripada Kamboja, seperti : Indonesia dengan 210 juta jiwa, Vietnam dengan 80 juta jiwa, Philipina dengan 73 juta jiwa, Thailand dengan 64 juta jiwa, Myanmar 50 juta jiwa dan Malaysia 19.9 juta jiwa. Hanya Laos yang memiliki jumlah penduduk yang kecil dengan hanya 5.5 juta jiwa. Dengan perbandingan, Singapura memiliki jumlah penduduk sekitar 3.4 juta jiwa.Pada tahun 1975,

Selama empat tahun masa kekuasaan dari Khmer merah, jumlah penduduk menurun drastis menjadi hanya 6 juta jiwa, banyak dari mereka yang di bunuh oleh khmer merah tetapi ada juga yang kelaparan dan ada pula yang bermigrasi dalam jumlah yang cukup besar, terutama orang-orang dari etnik Vietnam.Kelompok penduduk yang dominan di Kamboja adalah dari etnik Khmer, sekitar 85 % dari jumlah keseluruhan penduduk kamboja. Sisanya adalah orang dari etnik Vietnam, lalu diikuti oleh orang-orang dari etnik Cina, dan sekitar 100.000 muslim Cham, serta yang terakhir adalah beberapa dari suku primitif.

Agama Buddha Theravada adalah agama resmi di Kamboja, dengan jumlah pemeluk sekitar 95% dari total penduduk. Terdapat 4.392 wihara di kamboja .Agama terbesar kedua adalah Islam yang merupakan etnis Chams dan Melayu. Mereka kebanyakan tinggal di Provinsi Kampong Cham. Terdapat 300.000 warga Muslim di negara ini. Satu persen penduduk Kamboja memeluk agama Kristen, dengan yang terbesar adalah Kristen Katolik diikuti dengan Kristen Protestan. Terdapat sekitar 20.000 penduduk beragama Katolik di Kamboja dan merupakan 0,15% dari seluruh penduduk Kamboja. Agama Buddha Mahayana adalah agama yang mayoritar dipeluk oleh warga Tionghoa dan orang Vietnam di Kamboja.

Angka harapan hidup adalah 60 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan pada tahun 2010. Ini meningkat dari angka harapan hidup pada tahun 1999 yaitu 49,8 tahun untuk laki-laki dan 46,8 tahun untuk perempuan. Pemerintah Kerajaan Kamboja berencana untuk meningkatkan kualitas kesehatan di negaranya dengan menanggulangi HIV/AIDS, malaria, dan wabah lainnya. Anggaran yang dikeluarkan untuk kesehatan adalah 5,8%.

Budaya di Kamboja sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya dengan dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain, seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola. Tarian Kamboja dibagi menjadi tiga kategori: tarian klasik Khmer, tarian rakyat, dan tarian sosial.

Perekonomian di Kamboja ditopang oleh sektor pertanian. Sekitar 80% lahan pertanian ditanami padi. Daerah penanaman padi berada di dataran besar Tonle ap dan sekitar Sungai Mekong. Hasil pertanian lainnya mmeliputi karet, umbi-umbian, jagung, buncis, dan tembakau. Kegiatan industri meliputi industri semen dan pengolahan karet.

Pada tanggal 9 November 1953, Perancis memberikan kemerdekaan untuk Kamboja dan pada saat itu Sihanouk menyatakan bahwa Kamboja merupakan negara netral yang tidak terlibat dalam perang Vietnam. Dalam periode 1970-1993, Kamboja memasuki masa perang saudara yang menghancurkan infrastruktur fisik dan kemampuan sumber daya manusia, sewaktu Pangeran Sihanouk pergi ke luar negeri, keponakannya Pangeran Sisowath Sirik Matak bersama Lon Nol melakukan kudeta. Semenjak itu kemelut semakin besar di negara Kamboja pada masa ini juga ditandai dengan berkuasanya rezim Khmer Merah. Bahasa resmi penduduk Kamboja adalah bahasa Khmer. Bahasa lain yang digunakan adalah bahasa Prancis, sebagian besar penduduk beragama Buddha. Jumlah penduduk negara ini 11.168.000 jiwa. Sebagian besar penghidupan penduduknya di sektor pertanian. Hasil pertanian di Kamboja adalah beras, jagung, merica, tembakau, kapas, gula aren, dan lain sebagainya. Sedangkan hasil tambangnya adalah besi, tembaga, mangan, dan emas. Hasil industri Kamboja adalah tekstil, kertas, plywood, dan minyak.

Tahun 1999, tahun pertama perdamaian setelah 30 tahun, pemerintah membuat kemajuan dalam reformasi ekonomi. AS dan Kamboja menandatangani Perjanjian Tekstil Bilateral, yang memberikan Kamboja jaminan quota untuk impor tekstil AS dan bonus karena memperbaiki kondisi bekerja dan mendorong hukum tenaga kerja Kamboja dan standar tenaga kerja internasional dalam industri tersebut. Dari 2001 sampai 2004, ekonomi tumbuh rata-rata 6.4%, disebabkan oleh ekspansi di bidang garmen dan pariwisata. Dengan berakhirnya Perjanjian WTO untuk Tekstil dan Pakaian tahun 2005, produsen tekstil di Kamboja terpaksa bersaing dengan negara produsen yang harganya lebih rendah seperti Cina dan India. Walaupun pertumbuhan GDP diperkirakan kurang dari 3%, lebih dari yang diharapkan untuk kinerja sector garmen membuat IMF memperkirakan pertumbuhan 6% di 2005. berhadapan dengan kemungkinan industri garmen yang menyediakan lebih dari 200.000 mata pencaharian mungkin terancam.

Pemerintah Kamboja berkomitmen untuk membuat kebijakan yang mendukung standar tenaga kerja yang tinggi sebagai usaha untuk berada di posisi pembeli. Industri pariwisata terus tumbuh dengan pesat, dengan turis asing yang datang lebih dari 1 juta sampai September 2005. di 2005, persediaan minyak dan gas alam yang dapat dieksploitasi ditemukan di bawah wilayah perairan Kamboja, menciptaka pemasukan baru untuk pemerintah saat penambangan komersil dimulai tahun mendatang. Pembangunan ekonomi jangka panjang tetap menjadi tantangan. Pemerintah Kamboja terus bekerja dengan pendonor bilateral dan multilateral, termasuk IMF dan Bank Dunia, untuk menyampaikan kebutuhan Negara yang mendesak. Desember 2004, pendonor resmi memeberikan $504 juta sebagai bantuan untuk 2005 dengan syarat pemerintah Kamboja melakukan langkah-langkah untuk mengurangi korupsi. Tantangan ekonomi besar untuk Kamboja untuk satu decade ke depan adalah untuk menciptakan lingkunag perekonomian dimana sector swasta dapat menciptakan pekerjaan yang cukup untuk mengatasi ketidakseimbangan demografi Kamboja. Lebih dari 50% dari populasi berusia 20 tahun atau kurang. Populasi kurang memiliki pendidikan dan kemampuan yang produktif, khusunya di wilayah yang didominasi kemiskinan yang menderita karena kekurangan infrastruktur dasar. Sebesar 75% dari populasi tetap terlibat dalam pertanian yang sudah kokoh. Perekonomian Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di Kamboja.

Perlambatan ekonomi pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi asing dan turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.

Pada tahun 2009 Dana Moneter Internasional (IMF), mengatakan, ekonomi Kamboja tahun 2009 menyusut lebih dari perkiraan sebelumnya karena krisis ekonomi global berdampak buruk di negeri ini.

IMF pada awal tahun 2009 memperkirakan penyusutan sebesar 0,5 persen tetapi sekarang melihat kontraksi 2,75 persen karena ekonomi “tidak bekerja sebaik yang diperkirakan” di beberapa daerah, pejabat IMF David Cowen mengatakan setelah kunjungan untuk mengevaluasi pembangunan.

Perekonomian Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di Kamboja.

Perlambatan ekonomi pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi asing dan turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.

Pertumbuhan ekonomi Kamboja didukung oleh empat sektor utama yaitu, pertanian, pariwisata, garmen dan properti. Pendapatan per kapita di Kamboja adalah 1.266 Dollar AS per tahun. Jumlah ini di dapat berdasarkan sistem pengukuran baru, yang digunakan oleh organisasi-organisasi internasional seperti Bank Dunia.

Perekonomian Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001. Agrikultur masih menjadi andalan utama kehidupan ekonomi masyarakat terutama bagi masyarakat desa, selain itu bidang pariwisata dan tekstil juga menjadi bidang andalan dalam perekonomian di Kamboja.

Setelah beberapa dekade terbelit perang dan konflik, kini Kamboja menikmati pertumbuhan ekonomi yang mencapai 10 persen/ tahun selama lima tahun terakhir. Namun, pada tahun 2009 pertumbuhan ekonomi Kamboja turun drastis menjadi 0.1%, sementara tahun 2010 diprediksikan mencapai 5%.

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi telah menurunkan tingkat kemiskinan dari 47% pada tahun 1994 menjadi sekitar 30% pada tahun 2009. Dengan demikian Kamboja telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 1% setiap tahunnya. GDP per kapita meningkat dari US$ 247 pada tahun 1994 menjadi US$ 693 (2009) dan diprediksikan sebesar US$735 (2010).

Produk utama sektor pertanian Kamboja adalah padi. Pemerintah Kamboja telah berhasil meningkatkan kapasitas produksi padi sebanyak 2,6 ton per hektar selama tahun 2005-2008. Pada tahun 2008, Kamboja berhasil memproduksi 7,17 juta ton padi. Pada tahun 2009 Kamboja dapat memproduksi 8 juta ton beras.

Pemerintah Kamboja akan terus mendorong peningkatan produktivitas tanaman dari 2,6 ton per hektar menjadi 3 ton per hektar. Pemerintah juga akan melakukan diversifikasi pangan dengan mendorong peningkatan produksi maizena, kacang-kacangan, singkong, kentang, sayur-sayuran, soya bean dan tebu.

Guna mendukung trend peningkatan sektor pertanian, pada bulan April 2010, PM Hun Sen mencanangkan kebijakan pertanian baru yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian khususnya padi, antara lain dengan meniadakan lisensi ekspor untuk beras serta berbagai insentif investasi bagi sektor pertanian.

Sektor garmen merupakan salah satu sektor unggulan yang selama ini menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Kamboja. Pada tahun 2008, sektor garmen menyumbangkan 15 persen dari GDP Kamboja dan 65 persen dari total ekspor Kamboja. Neraca perdagangan Kamboja sampai dengan tahun 2008 masih didominasi ekspor sektor garmen Kamboja yang tercatat mencapai USD 2,9 milyar, sedangkan impor garmen Kamboja sebesar USD 1,298 milyar. Pasar utama bagi garmen kamboja adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan 90% dari produknya diekspor ke kedua wilayah ekonomi tersebut.

Peningkatan signifikan terjadi pada semester pertama 2010 dengan peningkatan jumlah wisatawan sebesar 12.39 % dibandingkan periode yang sama tahun 2009. Diprediksikan bahwa total wisatawan pada tahun 2010 berkisar 2.4 juta orang atau mengalami peningkatan sebesar 12 %.

Tempat tujuan wisata utama Kamboja adalah Propinsi Siem Reap dengan daya tarikCandi Angkor Wat-nya, yang pada pertengahan tahun 2010 telah mencatatkan kedatangan wisatawan sebesar 640,944 atau 52.5% dari keseluruhan wisatawan ke Kamboja.

Sektor properti pada tahun 2009 mengalami penurunan yang cukup signifikan karena penurunan spending untuk megaproyek di Kamboja sehingga menyebabkan menurunnya investasi dari US$ 815 juta pada tahun 2008 menjadi US$ 490 juta tahun 2009.

Pada tahun 2011 pendapatan per kapita di Kamboja adalah sekitar $2.470 sampai $1.040. Pendapatan per kapita di Kamboja terus meningkat tetapi termasuk rendah dibandingkan negara lain di sekitarnya. Masyarakat kebanyakan bergantung kepada pertanian dan beberapa sektor lainnya. Nasi, ikan, kayu, tekstil, dan karet adalah ekspor utama Kamboja.

Perekonomian Kamboja sempat turun pada masa Republik Demokratik berkuasa. Tapi, pada tahun 1990-an, Kamboja menunjukkan kemajuan ekonomi yang membanggakan. Pendapatan per kapita Kamboja meningkat drastis, namun peningkatan ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan negara - negara lain di kawasan ASEAN. PDB bertumbuh 5.0% pada tahun 2000 dan 6.3 % pada tahun 2001.

Perlambatan ekonomi pernah terjadi pada masa Krisis Finansial Asia 1997. Investasi asing dan turisme turun dengan sangat drastis, kekacauan ekonomi mendorong terjadinya kekerasan dan kerusuhan di Kamboja.

Industri pariwisata adalah penghasilan terbesar kedua di Kamboja setelah industri tekstil. Antara Januari dan Desember 2007, terdapat sekitar 2 juta wisatawan asing, meningkat 18,5% dari tahun 2006. Kebanyakan wisatawan (51%) mengunjungi Siem Reap dan sisanya (49%) menuju Phnom Penh dan destinasi lainnya. Kebanyakan wisatawan datang dari Jepang, Cina, Filipina, Amerika, Korea Selatan, dan Prancis. Suvenir yang terdapat di Kamboja antara lain kerajinan dari keramik, sabun, rempah-rempah, ukiran kayu, kerajinan perak, dan kerajinan dari botol yang didalamnya terdapat wine beras.

Sektor garmen merupakan salah satu sektor unggulan yang selama ini menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi Kamboja. Pada tahun 2008, sektor garmen menyumbangkan 15 persen dari GDP Kamboja dan 65 persen dari total ekspor Kamboja. Neraca perdagangan Kamboja sampai dengan tahun 2008 masih didominasi ekspor sektor garmen Kamboja yang tercatat mencapai USD 2,9 milyar, sedangkan impor garmen Kamboja sebesar USD 1,298 milyar. Pasar utama bagi garmen kamboja adalah Amerika Serikat dan Uni Eropa dengan 90% dari produknya diekspor ke kedua wilayah ekonomi tersebut.

Kamboja merupakan salah satu negara yang memiliki komoditas utama seperti pakaian, kayu, karet, beras, ikan, tembakau dan alas kaki. Kamboja memiliki hutan kayu yang paling berharga dan penghasil permata yang paling produktif di dunia (kecuali berlian). Kamboja, sebagian besar wilayahnya merupakan daratan yang subur karena di sana terdapat salah satu sungai terbesar di Asia, yaitu Sungai Mekong.

Sebenarnya, Kamboja bisa menjadi sebuah negara yang kaya. Karena dalam beberapa tahun belakangan ini, kondisinya lebih baik dari Ethiopia, Turki, Peru, Mesir, Afganistan atau Irak. Namun dengan tidak stabilnya kondisi politik, maka kemungkinan pertumbuhan ekonomi tidak dapat terwujud.

Pertanian padi merupakan tanaman utama, penanamannya terutama di sekitar Tonselap, istimewa dekat Battambang. Disepanjang sebelah menyebelah hilir Mekong dan di selatan Kompong Cham pada umumnya penghasilan padi rendah, namun demikian masih terdapat kelebihan padi utnuk diekspor karena penduduknya tidak banyak.

Getah merupakan tanaman ladang yang paling penting dan juga sebagai bahan ekspor utama bagi negeri ini. Daerah penanamannya di sepanjang bukit Cardamon dan di tanah tinggi Annam dekat Kompong Cham. Lada hitam termasuk penting, terutama diusahakan orang Cina dan merupakan bahan ekspor. Daerah penanamannya di pegunungan Gajah dekat Kampot. Tanaman lain yang diusahakan merupakan tanaman kering seperti tembakau, kapas, kacang tanah, jagung, kapuk, tebu dan lain-lain. Tanaman ini terutama terdapat di tanah pamah sepanjang Mekong dan Tonselap, sedangkan Jute di sekitar Battambang untuk membuat goni, beras dan tikar kasar.

Perikanan merupakan kegiatan kedua besarnya di negara ini, kebanyakn para petani menjadi nelayan pada musim kering. Daerah perikanan terpenting ialah Tonselap yang menghasilkan 50% dari jumlah tangkapan ikan di Khmer. Daerah perikanan lainnya meliputi kawasan pinggir laut di sepanjang Mekong dan cabang-cabangnya di sawah padi dan paya-paya. Sebagian besar hasil tangkapan ikan di negara ini telah dijadikan bahan ekspor.

Bahan galian (pertambangan) kurang penitng, karena jumlahnya kecil, hanya fosfat dan biji besi yang ditambang dalam jumlah besar. Biji besi terdapat dekat Phnom Penh dan posfat dekat Kampot dan Battambang.

Sosial Budaya
Budaya di Kamboja sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya dengan dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain, seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola.

Budaya di Kamboja sangatlah dipengaruhi oleh agama Buddha Theravada. Diantaranya dengan dibangunnya Angkor Wat. Kamboja juga memiliki atraksi budaya yang lain, seperti, Festival Bonn OmTeuk, yaitu festival balap perahu nasional yang diadakan setiap November. Rakyat Kamboja juga menyukai sepak bola. Tarian Kamboja dibagi menjadi tiga kategori: tarian klasik Khmer, tarian rakyat, dan tarian sosial.

Di Kamboja terdapat beberapa tempai dengan akses internet gratis untuk publik seperti di kedai kopi, bar, restoran, dan SPBU. Kebanyakan masyarakat Kamboja menjelajah internet dengan menggunakan modem USB dan ponsel dengan biaya sekitar $12 per bulannya.

Seni dan pertunjukan tradisional biasanya digunakan sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Khmer pada beberapa abad lalu, seperti yang digambarkan pada pahatan timbul Angkor Wat. Bagaimanapun, saat Khmer Merah memerintah di Kamboja dari tahun 1975 hingga 1979, banyak seni Khmer yang dilarang dan dihancurkan, termasuk kuil-kuil. Banyak juga penari, penyanyi, dan artis yang dibunuh.

Sekarang Kamboja dengan bantuan dari negara-negara asing, mencoba untuk menghidupkan kembali seni dan budaya tradisionalnya. Saat ini pertunjukan seni tradisional seperti tarian Apsara, paling banyak diadakan oleh organisasi swasta, seperti hotel dan restoran.

8.    Filiphina
Nama : Yusra Mufassir
NIM : 1302045109

Filipina atau Republik Filipina (Republika ng Pilipinas) adalah sebuah negara republik di Asia Tenggara, sebelah utara Indonesia, dan Malaysia. Filipina merupakan sebuah negara kepulauan yang terletak di Lingkar Pasifik Barat, negara ini terdiri dari 7.107 pulau. Selama ribuan tahun, warga kepulauan Filipina yang bahagia, dan pekerja keras ini telah mengembangkan sistem cocok tanam Padi yang sangat maju, yang menyediakan makanan pokok bagi masyarakatnya.
Geografi
Filipina tediri dari 7.107 pulau dengan luas total daratan diperkirakan 300.000 km². Negara ini terletak antara 116° 40', dan 126° 34' BT, dan 4° 40', dan 21° 10' LU. Di timur dia berbatasan dengan Laut Filipina, di barat dengan Laut China Selatan, dan di selatan dengan Laut Sulawesi. Pulau Borneo terletak beberapa ratus kilometer di barat daya, dan Taiwan di utara. Maluku, dan Sulawesi di selatan, dan di timur adalah Palau.
Kepulauan ini dibagi menjadi tiga kelompok utama: Luzon (Region I sampai V + NCR & CAR), Visayas (VI sampai VIII), dan Mindanao (IX sampai XIII + ARMM). Pelabuhan sibuk Manila, di Luzon, adalah ibu kota negara, dan kota terbesar-kedua setelah Kota Quezon.

Demografi
Filipina berada di urutan ke-12 di dunia dalam jumlah penduduk dengan jumlah 86,241,697 jiwa pada 2005. Sekitar dua per tiga penduduk tinggal di Pulau Luzon, dan Manila, ibu kotanya, berada di urutan ke-11 dalam jumlah penduduk area metropolitan. Orang-orang Filipina dikenal dengan nama Filipino yang berasal dari orang aborigin Taiwan, dan bercampur dengan orang-orang Tiongkok Selatan, Polinesia, dan Spanyol/Amerika. Orang Filipina terbagi dalam 12 kelompok etnolingustik dengan yang terbesar adalah Tagalog, Cebuano, dan Ilocano. Penduduk asli Filipina ialah suku Aeta namun sudah terpinggir, dan populasinya tinggal 30 ribu jiwa.

Tiga kelompok minoritas terbesar asing adalah orang Tionghoa, Amerika, dan Asia Selatan. Sisanya adalah orang-orang Eropa, Arab, Indonesia, Korea, dan Jepang. Orang-orang Mestizo adalah minoritas sebesar 1-2% yang berpengaruh. Dalam penelitian dari Universitas Stanford, ditemukan bahwa 3,6% populasi memiliki turunan dari bangsa Eropa.

95,9% penduduk Filipina bisa membaca, salah satu yang tertinggi di Asia, dan setara untuk pria maupun wanita. Angka harapan hidup penduduknya adalah 69,29 tahun; 72,28 untuk wanita, dan 66,44 untuk pria. Pertumbuhan penduduk per tahunnya sebesar 2,1%, dan sekarang Filipina sedang mengalami masalah kepadatan penduduk karena angka kelahirannya tinggi.

Filipina mempunyai kira-kira 92,2 juta penduduk menurut perkiraan sensus 2009.

Budaya
Kebanyakan masyarakat Filipina gemar menyanyi serta menari pada setiap kali pesta keramaian. Tarian bambu ini memerlukan pergerakan kaki yang cocok.

Bahay Kubo merupakan rumah tradisional yang terkenal di Filipina, yang dibuat dari daun kelapa, nipah, dan bambu. Terdapat tanglung berbentuk bintang yang digantung di hadapan rumah yang bernama Parol. Semasa Natal, kebanyakan masyarakat di sana gemar menjadikan parol sebagai hiasan rumah mereka.

Organ bambu ini menggunakan lebih kurang 1.000 batang bambuh. Konon ini adalah satu-satunya organ yang dibuat dari bambu di dunia

9.    Laos

Nama : Firdaus Rusdy S.

Republik Demokratik Rakyat Laos adalah negara yang terkurung daratan di Asia Tenggara, berbatasan dengan Myanmar dan Republik Rakyat Tiongkok di sebelah barat laut, Vietnam di timur, Kamboja di selatan, dan Thailand di sebelah barat. Dari abad ke-14 hingga abad ke-18, negara ini disebut Lan Xang atau "Negeri Seribu Gajah".

Laos adalah sebuah Negara Republik yang dikelilingi oleh daratan dan terletak di bagian utara Semenanjung indocina. Laos berasal dari kata Lan Xang yang artinya kerajaan gajah. Negara ini adalah satu-satunya Negara di kawasan Asia Tenggara yang tidak memiliki pantai. Laos pernah dijajah oleh Prancis dan memperoleh kemerdekaan pada 22 Oktober 1953 dalam bentuk kerajaan. Sejak 3 Desember 1975 kerajan Laos berubah menjadi Republik Laos. Laos adalah salah satu negara komunis dengan kepala pemerintahan berupa presiden yang bernama Choummaly Sayasone dan dibantu oleh perdana menteri yang bernama Bouasone Bouphavanh. Jika dilihat dari sudut pandang Geografi Politik, letak wilayah negara Laos yang tidak memiliki wilayah laut atau pantai dikenal dengan sebutan kawasan land-lock. Kondisi ini dianggap kurang menguntungkan dari segi pertahanan dan keamanan, khususnya dari serangan atau invasi bangsa lain.

Geografi

Negara Laos Secara astronomis, wilayah Laos terletak antara 14°LU – 22°LU dan antara 100°BT – 108°BT. Luas total wilayah ini mencakup 236,800 km2 dan 2% dari wilayah tersebut adalah berupa perairan.
Adapun secara geografis wilayah Negara Laos memiliki batas batas wilayah sebagai berikut :
  • Sebelah utara : Republik Rakyat Cina
  • Sebelah selatan : Kamboja
  • Sebelah barat : Myanmar dan Thailand
  • Sebelah timur : Vietnam
Sedangkan secara geologis negara Laos masih termasuk dalam lempeng eurasia yang menyatukan asia dengan eropa. Laos adalah negara yang tidak memiliki wilayah perairan laut. Namun mempunyai lembah sungai yang subur yaitu lembah Sungai Mekong, sehingga banyak menghasilkan tanaman pertanian dan perkebunan, terutama padi, pisang, kopi, jagung dan tembakau. Wilayah Laos juga emiliki sumber-sumber tambang mineral, seperti timah, tembaga, emas, dan perak. Wilayahnya didominasi perbukitan dan pegunungan yang tertutup hutan lebat, sehingga menghasilkan kayu sebagai salah satu komoditasnya.

Berdasarkan letak astronomisnya, Laos beriklim tropis dengan suhu rata-rata tahunan antara 26 C-28 C. curah hujan rata-rata a1.500 – 2.500 mm per tahun. Laos memiliki 3 musim. Musim hujan pada bulan Juni-Oktober akibat pengaruh angin musim barat daya. Musim kemarau yang sejuk terjadi pada bulan – Februari karena pengaruh angin musim timur. Pada bulan Maret – Mei terjadi musim pancaroba yang kering.



Demografi
Dengan luas wilayah Negara 239.800 km2, Laos mempunyai penduduk yang tergolong jarang. Pada pertengahan tahun 2004, jumlah penduduk Laos hanya 5,8 juta jiwa, dengan angka kelahiran 36 dan angka kematian 13. Rata-rata pertumbuhan penduduk alami Laos adalah 2,3% per tahun. Diperkirakan pada tahun 2025, jumlah penduduk Laos akan mencapai 8,6 juta jiwa. Sedangkan jumlah penduduk pada tahun 2010 adalah kurang lebih 6,4 juta jiwa.

Penduduk Laos terdiri dari berbagai etnis, orang Lao hidup di tanah rendah dan dekat sungai. Orang Thai hidup di daratan tinggi, orang Mon khmer hidup menyebar di wilayah Laos, dan orang Meo (pendatang dari Cina Selatan). Serta Yao hidup di daerah pegunungan yang merupakan pendatang dari Cina Selatan. Pada tahun 1975 pemerintahan Laos berbentuk kerajaan konstitusional. Namun, setelah itu hinhga sekarang, pemerintahan Laos berbentuk Republik dengan kepala Negara seorang presiden dan kepala pemerintahan dijabat oleh Perdana Mentri.

Pada pertengahan tahun 2006, penduduk Laos mencapai 6,1 juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk alami rata-rata setiap tahun 2,3%. Kepadatan penduduknya adalah 23 jiwa per km2. Angka kelahiran per tahun adalah 36 sedangkan angka kematian per tahun 13 per 1.000 penduduk.

Suku bangsa yang paling dominan di Laos adalah suku Lao. Suku bangsa lainnya adalah Thai, Meo, Yao,Mon Khimer, cina.Dengan presentase Lao (48%), Mon Khmer (25%), Thai (14%), Meo dan Yao (13%).
Bahasa resmi yang digunakan oleh penduduk Laos adalah bahasa Lao. Agama mayoritas yang dianut oleh penduduk Laos adalah agama Budha (60%) selain aliaran kepercayaan dan aliran komunis yang lainnya.

Sosial Budaya
Kebudayaan Laos Agama Theravada telah banyak memengaruhi kebudayaan Laos. Pengaruhnya dapat terlihat pada bahasa, seni, sastra, Seni tari, dll. Musik Laos didominasi oleh alat musik nasionalnya, disebut khaen (sejenis pipa bambu). Sebuah kelompok musik umumnya terdiri dari penyanyi (mor lam) dan seorang pemain khaen (mor khaen) bersama pemain rebab dan pemain instrumen lain. Lam saravane adalah jenis musik terpopuler di antara musik-musik Laos, tetapi etnis Lao di Thailand telah mengembangkannya menjadi mor lam sing yang menjadi salah satu best-selling internasional.

Salah satu bukti penting dari kebudayaan Laos kuno terdapat di Dataran Guci.

10. Vietnam
Nama : Dwi Hermawan 
NIM : 1302045099

Demografi Vietnam
Vietnam memiliki populasi sekitar 84 juta jiwa, Vietnam adalah negara terpadat nomor 13 di dunia. Vietnam termasuk di dalam grup ekonomi "Next Eleven"; menurut pemerintahGDP Vietnam tumbuh sebesar 8.17% pada tahun 2006, negara dengan pertumbuhan tercepat kedua di Asia Timur dan pertama di Asia Tenggara. Pada akhir tahun 2007, menteri keuangan menyatakan pertumbuhan GDP Vietnam diperkirakan mencapai rekor tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir sebesar 8.44%.

Sensus tahun 1999 memperkirakan populasi Vietnam sekitar 76,3 juta dan perkiraan 2012 adalah sekitar 90,3 juta jiwa. Populasi ini naik drastis dari tahun 1979 ketika reunifikasi Vietnam, yang diperkirakan jumlah penduduknya sekitar 52,7 juta jiwa. Dan pada tahun 2012, populasinya diperkirakan sekitar 90,3 juta jiwa.

Orang-orang Vietnam membentuk kelompok etnis terbesar, dan juga disebut Viet atau Kinh. Populasi mereka terkonsentrasi pada delta-delta endapan dan dataran rendah di tepi pantai. Kelompok sosial yang homogen, orang Kinh memengaruhi kehidupan nasional melalui kontrol mereka dalam urusan-urusan politik dan ekonomi dan peran mereka sebagai purveyor (orang yang menyediakan) kebudayaan yang dominan. Kontrasnya, kebanyakan etnis minoritas seperti orang Muong, etnis yang paling dekat hubungannya dengan orang Kinh, kebanyakan ditemukan di dataran tinggi yang meliputi dua pertiga luas keseluruhan negera. Orang Hoa (etnis Tionghoa) dan Khmer Krom kebanyakan tinggal di dataran rendah.


Geografi Vietnam
Luas Vietnam kurang lebih 332,698 km2 (128,455 sq mi), maka ukurannya hampir setara dengan luas Jerman. Bagian Vietnam yang berbatasan dengan batas-batas internasionalnya seluas 4,639 km (2,883 mil) dan panjang pantainya adalah 3,444 km (2,140 mil). Topografinya terdiri atas bukit-bukit dan gunung-gunung berhutan lebat, dengan dataran rendah meliputi tidak lebih dari 20%. Pegunungan berkontribusi sebesar 40% dari total luas Vietnam, dengan bukit-bukit kecil berkontribusi sebesar 40% dan hutan tropis 42%. Bagian Utara kebanyakan terdiri atas pegunungan dan Delta Sungai Merah. Phan Xi Pang, berlokasi di provinsi Lao Cai, adalah gunung tertinggi di Vietnam setinggi 3.143 m (10.312 ft). Selatan dibagi menjadi datran rendah tepi pantai, puncak Annamite Chain, hutan-hutan luas dan tanah yang buruk. Terdiri dari 5 plato tanah basalt yang rata-rata rata, pegunungan berkontribusi sebesar 16% bagi tanah arable (tanah yang cocok untuk pertanian seperti jagung dan gandum) Vietnam dan 22% dari total lahan berhutan Vietnam.

Vietnam memiliki iklim monsoon (hujan lebat) tropis, dengan kelembaban rata-rata 84% sepanjang tahun. Tetapi, karena perbedaan pada garis lintang dan keanekaragaman topografi, iklim cenderung sangat bervariasi dari satu tempat terhadap tempat yang lainnya. Pada saat musim dingin atau musim kering, umumnya terjadi dari November hingga April, angin monsoon biasanya bertiup dari Timur Laut sepanjang pantai RRT dan mengarah ke Teluk Tonkin, meningkatkan banyak kelembaban; dampaknya, musim dingin di sebagian besar Vietnam adalah kering. Suhu tahunan rata-rata umumnya lebih tinggi di dataran rendah daripada di pegunungan dan dataran tinggi.

Kondisi Sosial & Budaya Vietnam

Vietnam secara umum masih tergolong negara miskin dengan GDP US$280,2 miliar (estimasi 2006). Ini menandakan kemampuan daya beli sebesar ~US$3.300 per kapita (atau US$726 per kapita berdasarkan market exchange rate). Tingkat inflasi diperkirakan 7.5% per tahun pada 2006. Daya beli publik meningkat dengan pesat. Kemiskinan, berdasarkan jumlah penduduk yang hidup dengan pendapatan di bawah $1 per hari, telah menurun secara drastis dan sekarang lebih sedikit daripada di TiongkokIndia dan Filipina.

Kebanyakan sejarah Vietnam, Buddha MahayanaTaoisme dan Konfusianisme mempunyai pengaruh kuat terhadap kehidupan berbudaya dan beragama masyarakat Vietnam. Menurut sensus tahun 1999, 80.8% orang Vietnam tidak beragama. Kristen diperkenalkan Perancis dan juga oleh kehadiran militer Amerika meskipun tidak banyak pengaruhnya. Cukup banyak penganut Katolik Roma dan Protestan dikalangan komunitas Cao Dai dan Hoa Hao. Gereja Protestan terbesar adalah Evangelical Church of Vietnam dan Montagnard Evangelical Church. Keanggotan Islam Bashi dan Sunni biasanya diakreditasikan kepada etnis minoritas Cham, tetapi ada juga pengikut Islam lainnya di bagain Barat Daya Vietnam. Pemerintah Vietnam telah dikritik atas kekerasan beragama. Tetapi, berkat perbaikan tentang kebebasan beragama belakangan ini, pemerintah Amerika Serikat tidak lagi menganggap Vietnam sebagai Country of Particular Concern (negara yang ikut campur dalam bidang-bidang tertentu).

 Vietnam memiliki jaringan sekolah-sekolah dan univeristas-universitas negeri yang luas. Pendidikan umum di Vietnam diberikan dalam 5 kategori: TKSDSMPSMA danUniversitas. Pelajaran-pelajaran sebagaian besar diajarkan dalam Bahasa Vietnam. Sekolah negeri dalam jumlah besar telah dipersiapkan di kota-kota besar dan kecil dan pedesaan untuk kepentingan menaikkan tingkat melek huruf nasional. Ada banyak universitas-universitas spesialis yang didirikan untuk mengembangkan tenaga kerja nasional yang luas dan terampil. Kebanyakan orang Vietnam menempuh jalur univeristas di Kota Ho Chi Minh dan Hanoi. Menghadapi masalah serius, sistem pendidikan Vietnam sedang dalam proses reformasi menyeluruh yang diluncurkan oleh pemerintah.

Lebih dari ribuan tahun, kebudayaan Vietnam sangat dipengaruhi oleh negara tetangga, RRT. Karena asosiasi lama dengan RRT, kebudayaan Vietnam tetap kuat berpegang teguh kepada Konfusianisme yang menekankan pada tugas-tugas yang kekeluargaan. Pendidikan dihargai sangat tinggi. Dalam sejarah, lulus dalam ujian Mandarin kerajaan adalah satu-satunya cara bagi seorang Vietnam untuk maju secara sosial.Dalam era sosialis, kehidupan kebudayaan Vietnam banyak dipengaruhi oleh media yang dikontrol pemerintah dan program budaya sosialis. Untuk beberapa dekade, pengaruh kebudayaan asing dihindarkan dan ditekankan kepada penghargaan dan sharing kebudayaan negara-negara komunis seperti Uni SovietRepublik Rakyat TiongkokKuba, dll. Sejak tahun 1990an, Vietnam telah terekspos secara besar kepada kebudayaan dan media Asia TenggaraEropa dan Amerika.



11. Timur Leste
Nama : Marzuq Fadlulloh    
Nim : 1302045140

     
Republik Demokratik Timor Leste (juga disebut Timor Lorosa'e), yang sebelum merdeka bernama Timor Timur, adalah sebuah negara kecil di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau Timor. Selain itu wilayah negara ini juga meliputi pulau Kambing atau Atauro, Jaco, dan enklave Oecussi-Ambeno di Timor Barat.

Timor Leste dulu adalah salah satu provinsi di Indonesia, Timor Leste secara resmi merdeka pada tanggal 20 Mei 2002. Sebelumnya bernama Provinsi Timor Timur, ketika menjadi anggota PBB, mereka memutuskan untuk memakai nama Portugis "Timor Leste" sebagai nama resmi negara mereka.



Geografi
  • Lokasi
  • Asia Tenggara
  • Koordinat
  • 8°50′S 125°55′E
  • Luas
  • Total: 15,007 km²
  • Garis pantai
  •  706 km
  • Relief
  • Pegunungan
  • Tanah irigasi
  • 1.065 km²


Demografi

Pada tahun 2005 penduduk Timor Leste diperkirakan berjumlah 1.040.880 jiwa. Penduduk Timor Leste merupakan campuran antara suku bangsa Melayu dan Afrika, sebagian kecil keturunan Portugis. Mayoritas penduduk Timor Leste beragama Katolik (93%), diikuti Protestan (3%), Islam (1%), dan sisanya Buddha, Hindu (1%, masing-masing 0,5%), dan aliran kepercayaan (2%). Karena mayoritas penduduk beragama Katolik, maka kini terdapat tiga keuskupan (diosis) yaitu: Diosis Dili, Diosis Baucau dan Diosis Maliana yang baru didirikan pada tanggal 30 Januari 2010 oleh Paus Benediktus XVI.



Sosial & Budaya

Sejak kemerdekaan Timor Leste pada tahun 2002, setelah sejak tahun 1999 di bawah pemerintahan transisi PBB, berdasarkan konstitusi Timor Leste memiliki 2 bahasa resmi yaitu Bahasa Tetun dan Bahasa Portugis. Selain itu dalam konstitusi disebutkan pula bahwa Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia dijadikan bahasa kerja. Dalam praktek keseharian, masyarakat banyak menggunakan bahasa Tetun Portugis sebagai bahasa ucap. Sementara bahasa Indonesia banyak dipakai untuk menulis. Misalnya anak sekolah di tingkat SMA masih menggunakan bahasa Indonesia untuk ujian akhir. Banyak mahasiswa dan dosen lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan menulis karangan ilmiah. Selain itu terdapat pula belasan bahasa daerah, diantaranya: Bekais, Bunak, Dawan, Fataluku, Galoli, Habun, Idalaka, Kawaimina, Kemak, Lovaia, Makalero, Makasai, Mambai, Tokodede, dan Wetarese.

Di bawah pemerintahan Suharto, penggunaan bahasa Portugis dilarang. Saat ini bahasa Portugis di Timor Leste diajarkan dan dipromosikan secara luas dengan bantuan dari Brasil dan Portugal, meskipun terdapat keengganan dari beberapa kalangan muda berpendidikan.

Menurut Laporan Pembangunan PBB 2006, hanya kurang dari 5% dari penduduk Timor berbicara bahasa Portugis secara fasih. Meskipun demikian, validitas laporan ini dipertanyakan oleh para anggota institut linguistik nasional Timor, yang mempertahankan pendapat bahwa bahasa Portugis diucapkan hingga 25% dari penduduk Timor. Seiring dengan bahasa lokal lainnya, bahasa Tetum merupakan bahasa yang paling umum digunakan untuk berkomunikasi, sementara itu bahasa Indonesia masih banyak digunakan di media dan sekolah dari SMA hingga perguruan tinggi. Sebagian besar kata dalam bahasa Tetum berasal dari bahasa Portugis, tetapi juga terdapat kata-kata serapan dari bahasa Indonesia, contohnya adalah notasi bilangan.

Etnografi Asia Tenggara

 


Negara-negara Asia Tenggara mendapat banyak pengaruh dari bangsa China dan India. Pengaruh Barat juga mendominasi Filipina karena faktor sejarah era kolonialisme. Hal ini terlihat misalnya dari cara masyarakat Asia Tenggara makan, dimana makan menggunakan tangan langsung adalah pengaruh dari budaya India, sementara menggunakan sumpit merupakan pengaruh China.
Penduduk Asia Tenggara terdiri dari ras mongoloid dan negroid. Ras mongoloid terbagi menjadi dua jenis; Malayan Mongoloid dan Asiatic Mongoloid. Ras Malayan Mongoloid tersebar di Indonesia, Malaysia, Filipina, serta penduduk asli Taiwan, sedangkan Asiatic Mongoloid tersebar di kawasan Indochina, yakni Laos, Vietnam, Kamboja,  Asia Timur, dan Asia Tengah. Secara umum, ras mongoloid memiliki cirri fisik seperti kulit kuning hingga sawo matang, berambut lurus, memiliki bulu badan sedikit, dan bermata sipit. Sedangkan ras negroid mendiami wilayah Semenanjung Malaya, Filipina, dan Indonesia bagian timur yang memiliki cirri fisik rambut keriting, kulit hitam, bibir tebal, serta kelopak mata yang lurus.

Etnis yang mendiami negara-negara di Asia Tengara dewasa ini adalah suku Jawa sebagai kelompok etnis terbesar di Asia Tenggara dengan lebih dari 86 juta jiwa yang mayoritas mendiami Pulau Jawa, Indonesia. Selain suku Jawa, Indonesia juga didominasi oleh suku Sunda. Sementara di Burma, dua per tiga bagian penduduk merupakan etnis Burmese. Di Malaysia kebanyakan percampuran antara Melayu dan China. Di Filipina, kelompok suku yang banyak ditemukan adalah Tagalog, Cebuano, Ilocano, dan Hiliganyon. Selain suku-suku besar tersebut, banyak suku minoritas yang tinggal di kawasan Asia Tenggara, antara lain suku Akha di Thailand dan suku Semai di Malaysia. Berikut penulis akan memaparkan mengenai kedua suku.
  1. Suku Akha
Suku Akha adalah kelompok etnis di Thailand yang tinggal di desa-desa kecil di dataran tinggi di pegunungan Yuan. Mereka juga bisa ditemukan di pengunungan Thailand Utara, barat daya China yakni di provinsi Yunnan, Burma timur, Laos barat, dan barat laut Vietnam. Suku Akha migrasi dari China lebih dari dua abad yang lalu kemudian mendiami bukit-bukit di daerah Indochina tersebut. Selain suku Akha, juga ada suku Hmong, Mien, Lenten, dan Lahu yang masih bisa bertahan di daerah hutan (www.thejakartapost.com).

Di Thailand dan Burma, syarakat sering menyebut suku Akha dengan “gaw” atau “ekaw” atau “kho” yang artinya adalah seperti budak. Masyarakat suku Akha tidak mengenal adanya kelas sosial dan semuanya dianggap setara. Penghormatan diberikan berdasarkan usia dan pengalaman. Mereka menganut hubungan kekeluargaan dari garis ayah atau patrilineal. Kebanyakan mata pencaharian suku Akha adalah di sektor agrikultur. Mereka bercocok tanam seperti kedelai, sayuran, dan padi. Secara historis, desa Akha terlibat dengan pertanian opium namun produksi mengalami penurunan setelah pemerintah Thailand melarang keras budidaya opium. Para wanita suku Akha juga memiliki keahlian untuk membuat tenunan, manik-anik seperti kalung, gelang, dan sebagainya sehingga mengundang daya tarik wisatawan untuk cinderamata.
Wanita suku Akha tidak menggunakan ring di leher, memiliki baju khas sendiri dari bulu tebal di sekitar leher dan alur kancing yang disebut piehong yang ramai dengan manik-manik mencolok. Wanita suku Akha menutup tubuh mereka ketika keluar desa, misalnya ke pasar di kota. Saat berada di desa sendiri yang dikelilingi hutan dan lading, menjadi norma untuk wanita Akha yang sudah menikah bertelanjang dada ketika melakukan aktivitas sehari-hari. Hal ini sebagai tanda untuk status wanita yang sudah menikah dan para ibu, sementara wanita muda yang belum menikah harus berpakaian lengkap. Wanita Akha juga terkenal dengan penutup kepala khas mereka, yang mereka gunakan di rumah ketika memasak, berkebun, atau pergi ke pasar, kecuali saat mereka tidur. Penutup kepala tersebut dipenuhi manic-manik dan koin seperti era kolonial Perancis.

Suku Akha menggunakan bahasa Akha untuk berdialog sehari-hari dalam masyarakat. Bahasa Akha adalag cabang dari bahasa Lolo/Yi, yang juga termasuk rumpun bahasa Tibeto-Burman. Suku Akha migrasi dari provinsi Yunnan di China pada pertengahan abad ke-19 karena kemenangan komunis tahun 1949 dan saat Revolusi Budaya China pada tahun 1960an. Suku Akha diduga merupakan suku yang pernah menguasai dataran Paoshan dan Teinchung sebelum invasi Dinasti Ming di Yunnan, China. Kebanyakan desa-desa suku Akha dihuni oleh sekitar 50-60 keluarga atau sekitar 300-350 orang. Agama asli orang Akha adalah percampuran animisme dan leluhur yang menekankan hubungan manusia dengan tanah dan tempat mereka di dunia alam dan siklus. Mereka sering melakukan berbagai ritual keagamaan. Berkah (guih lavh) tampak dari kesuburan dan kesehatan masyarakatnya, padi, dan hewan ternah, tampak dari para leluhur. Roh dan manusia dianggap lahir dari ibu yang sama dan harus hidup berdampingan hingga pertengakaran memisahkan mereka, ketika roh pergi ke hutan dan orang tetap di desa. Sejak saat itu, roh menyebabkan penyakit dan kekacauan di kehidupan sosial manusia (Bisht & Bankoti, 2004).

Suku Akha disebut sebagai penduduk yang paling miskin dan konservatif, namun seiring perkembangan zaman kehidupan mereka juga membaik. penduduk lokal sudah mulai membuat rumah dari beton, meskipun masih banyak juga rumah panggung yang terbuat dari bambu dan daun jati sebagai atapnya. Interior rumah biasanya merupakan satu ruangan luas yang dibagi dengan sekat dinding yang tinggi. Mereka tidak memiliki jendela dan lantainya adalah bambu elastis. Di lantai bawah untuk hewan ternak, sementara di lantai atas ada area teras. Ada tempat memasak terbuka, di dalamnya ada ruang untuk tidur. Ruangan tersebut disekat untuk memisahkan laki-laki dan wanita, suami istri tidak tidur bersama. Wanita suku Akha harus mengurusi urusan rumah, bangun lebih awal, menyiapkan dan menanak nasi, dan bertanggungjawab tentang urusan stok beras, makanan ternak, dan kayu bakar (www.akhainternationalworkcamp.org).

  1. Suku Semai
Suku Semai merupakan kelompok masyarakat yang tinggal di negara-negara bagian Pahang dan Perak, menempati kedua sisi pegunungan dengan jumah penduduk 18.327 pada tahun 1983. Mereka merupakan kelompok terbesar dari suku-suku asli di Semenanjung Malaysia. Namun, penduduk asli masih digolongkan sebagai kelompok minoritas karena dengan julah 141.230 jiwa pada tahun 2008 hanya 0.5% dari jumlah total penduduk Malaysia. Suku Semai merupakan masyarakat hetrogen dan berasaskan dialek bahasa dan cirri-ciri fisik. Mereka juga menggunakan bahasa Malaysia dalam aktivitas sehari-hari sebagaimana bahasa orang asli Malaysia pada umumnya.

Mata pencaharian orang Semai pada umumnya di sektor agrikultur, seperti menanam padi atau manioc, nelayan, berburu, atau berdagang produk hutan minor, seperti rotan. Namun seiring dengan perkembangan zaman dan tingkat pendidikan yang lebih maju, banyak orang Semai yang bekerja di sektor industry di kota setempat. Bahkan salah satu desa Semai, Ulu Geroh di Perak telah berhasil membangun bisnis pariwisata (www.peacefulsocieties.org). Namun, banyak orang Semai yang masih hidup nomaden meskipun pemerintah telah menyediakan beberapa sarana air ledeng, listrik, kesehatan, dan jalan beraspal.

Orang Semai mayoritas masih menganut kepercayaan animisme karena faktor keturunan dari leluhur mereka. Dalam peraturan dan hukum adat mereka, apabila ada yang tidak lagi berpegang teguh trhadap kepercayaan asli orang Semai karena memeluk agama lain, maka dianggap bukan lagi menjadi bagian orang Semai karena mengamalkan ajaran agama lain, meskipun masih menhikuti cara hidup, adat, maupun bahasa orang asli Semai.

Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa di Asia Tenggara terdapat banyak sekali etnis atau suku bangsa baik mayoritas maupun minoritas, baik yang sudah hidup modern maupun yang masih hidup bergantung pada alam. Hal ini menunjukkan bahwa selain keindahan alam dan kekayaan sumber daya, heterogenitas bangsa merupakan nilai positif bagi Asia Tenggara yang harus mendapatkan perhatian khusus agar tidak punah. Karena keberadaan etnis tersebut yang menjadi identitas khas bangsa Asia Tenggara.** 

**
sumber http://andraina_af-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-96308-Nations%20Ethnography%20-Etnografi%20Asia%20Tenggara.html

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar