Kamis, 09 April 2015

Refleksi Pemikiran Politik Islam

Nama               : Muh.Ikvi Zainal Wafa
NIM                : 1302045082
Mata Kuliah    : Pemikiran Politik Islam


Refleksi Pemikiran Politik Islam
1.Anda mau menjadi pemikir yang seperti apa ? apakah seperti zaman klasik atau zaman pertengahan
2.Pilih salah satu tokoh pemikiran islam di zaman klasik (+foto)
3.Kritik dan saran untuk Bu Unis(yang membangun) dan sertakan foto pribadi

Jawab
1).Saya ingin menjadi pemikir klasik,Alasan saya memilih menjadi pemikir klasik dikarenakan Nabi Muhammad SAW. Bersabda dalam hadistnya :

خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Seperti yang dikemukakan oleh Harun Nasution dalam bukunya “Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya” Bahwa periode klasik dimulai dari 650M-1250M sedangkan Nabi wafat pada  8 Juni 632M,maka umat yang mendekati masa Rasululloh adalah zaman klasik.Sehingga bisa ditarik kesimpulan jika pada saat itu adalah termasuk umat terbaik,maka para pemikirnya juga bisa disebut pemikir terbaik yang mana termasuk umat Nabi

Selain itu ketika Islam mempunyai peradaban yang tinggi pada zaman Klasik,Di Eropa berada dalam zaman Pertengahan, yang ditandai dengan zaman kegelapan. Tidak mengherankan kalau orang-orang Eropa datang ke Andalusia dan Sisilia, yang ketika itu merupakan pusat peradaban Islam, di samping Baghdad, Kairo, Damaskus dan lain-lain untuk mempelajari filsafat dan sains yang berkembang dalam dunia Islam.
Berbeda dengan periode Klasik yang mengalami kemajuan, umat Islam pada periode pertengahan mengalami kemunduran karena  disintegrasi bertambah meningkat, disamping umat Islam kurang sekali perhatiannya pada ilmu pengetahuan. Ini ditandai dengan adanya pemikiran-pemikiran para ulama yang bersifat dogmatis dan didukung juga oleh perbedaan-perbedaan pemikiran yang terjadi antara ulama Sunni dan ulama Syi’ah.
2).Saya tertarik dengan Ibnu Rusyd

http://salmanitb.com/wp-content/uploads/2011/12/ibn-rushd-263x300.jpg
Ibnu Rusyd adalah seorang ilmuwan muslim yang cerdas dan menguasai banyak bidang ilmu, seperti al-Quran, fisika, kedokteran, biologi, filsafat, dan astronomi. Ibnu Rusyd lahir pada tahun 1198 di Kordoba, Spanyol. Di Barat, ia dikenal dengan nama Averroes. Ayah Ibnu Rusyd adalah seorang ahli hukum yang cukup berpengaruh di Kordoba. Sementara itu, banyak saudaranya menduduki posisi penting di pemerintahan. Latar belakang keluarganya itulah yang sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat intelektualitas Ibnu Rusyd di kemudian hari. Ibnu Rusyd adalah seorang tokoh perintis ilmu jaringan tubuh (histology). Ia pun berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar.
Abad XII dan beberapa abad sebelumnya adalah zaman keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Saat itu, Dinasti Abbasiyah sedang berkuasa, dengan pusat pemerintahan di Semenanjung Andalusia (Spanyol). Para penguasa muslim pada masa itu sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Mereka sering meminta para ilmuwan untuk menggali kembali warisan intelektual Yunani yang masih tersisa. Dengan begitu, nama-nama ilmuwan beserta Yunani beserta karyanya, seperti Aristoteles, Plato, Phytagoras, dan Euclides, masih tetap terpelihara hingga sekarang.
Ibnu Rusyd dapat digolongkan sebagai seorang ilmuwan yang komplit. Selain sebagai seorang ahli filsafat, ia juga dikenal pakar di bidang kedokteran, sastra, logika, ilmu pasti, dan ilmu agama. Sehubungan dengan itu, ia sangat menguasai ilmu tafsir al-Quran dan hadis, juga ilmu hukum dan fikih. Disebabkan kecerdasannya itulah, ia kemudian diangkat menjadi Hakim Agung Kordoba, sebuah jabatan yang pernah dipegang kakeknya pada masa pemerintahan Dinasti al-Murabitun di Afrika Utara. Ibnu Rusyd menjadi hakim agung selama masa pemerintahan Khalifah Abu Ya’kub Yusuf hingga anaknya, Khalifah Abu Yusuf.
Biografi Ibnu Rusyd: Perintis Ilmu Jaringan Tubuh Di sela-sela kesibukannya sebagai seorang dokter dan hakim agung, Ibnu Rusyd menyempatkan diri menulis. Ia menghasilkan lebih dari dua puluh buku kedokteran. Salah satunya adalah al-Kulliyyat fi al-Thibb, yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Latin. Buku yang merupakan ikhtisar kedokteran yang terlengkap pada zamannya ini diterbitkan di Padua pada tahun 1255. Sementara itu, salinannya dalam versi bahasa Inggris dikenal dengan judul General Rules of Medicine. Salinan tersebut sempat dicetak ulang sebanyak beberapa kali di Eropa. Para penulis sejarah mengungkapkan kedalaman pemahaman Ibnu Rusyd dalam bidang kedokteran dengan berkata, “Fatwanya dalam ilmu kedokteran dikagumi sebagaimana fatwanya dalam fikih. Semua itu disebabkan kedalaman filsafat dan ilmu kalamnya.”    
 Ibnu Rusyd juga seorang ahli filsafat yang cerdas. Pada masa itu, buku-buku Aristoteles yang diterbitkan masih sangat sedikit dan sulit dipahami. Menyadari hal itu, Ibnu Rusyd tergerak untuk mengoreksi buku terjemahan karya Aristoteles tersebut bahkan melengkapinya. Ibnu Rusyd juga menerjemahkan dan melengkapi sejumlah karya pemikir Yunani lain, seperti Plato yang mempunyai pengaruh selama berabad-abad.
Pada tahun 1169-1195, Ibnu Rusyd menulis sejumlah komentar terhadap karya-karya Aristoteles, seperti De Organon, De Anima, Phiysica, Metaphisica, De Partibus Animalia, Parna Naturalisi, Metodologica, Rhetorica, dan Nichomachean Ethick. Dengan kecerdasannya, komentar Ibnu Rusyd itu seolah menghadirkan kembali pemikiran Aristoteles secara lengkap. Di sinilah terlihat kemampuan Ibnu Rusyd yang luar biasa dalam melakukan sebuah pengamatan. Di kemudian hari, komentar Ibnu Rusyd tersebut sangat berpengaruh terhadap pembentukan tradisi intelektual kaum Yahudi dan Nasrani. Hal itulah yang kemudian membuka jalan bagi Ibnu Rusyd mengunjungi Eropa untuk mempelajari warisan Aristoteles dan filsafat Yunani.
        Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai pengkritik Ibnu Sina yang paling bersemangat. Meskipun begitu, ia tetap menghormati karya para pendahulunya. Ia juga tertarik pada gagasan al-Farabi tentang logika. Hal itu selalu memberinya inspirasi untuk berkarya. Ibnu Rusyd adalah seorang filosof yang telah berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani.
         Di bidang ilmu agama, Ibnu Rusyd menghasilkan sejumlah karya, seperti Tahafut at-tahafut, sebuah kitab yang menjawab serangan Abu Hamid al-Ghazali terhadap para filosof terdahulu. Sebagai seorang ahli ilmu agama dan filsafat, Ibnu Rusyd dianggap cukup berhasil mempertemukan hikmah (filsafat) dengan syariat (agama dan wahyu).
Semasa hidupnya, Ibnu Rusyd menghasilkan sekitar 78 karya, yang semuanya ditulis dalam bahasa Arab. Kini, sejumlah karyanya tersimpan rapi di perpustakaan Escurial, Madrid, Spanyol.

3).Menurut saya Ibu Unis sudah sangat baik dalam menyampaikan dalam menyampaikan materi kepada mahasiswa,Saya pribadi banyak mendapatkan pengetahuan yang belum saya mengerti dari Ibu.Salah satuya adalah Etika berdiskusi yang menurut saya sangat penting di masa yang akan datang.Etika berdiskusi yang masih melekat di benak saya adalah :
- mengucapkan maaf sebelum berargumen
-Perbaiki niat ketika menyanggah orang lain(bukan untuk menjatuhkan melainkan untuk eksplorasi ilmu)

Mungkin Kritikan saya adalah Lebih mengarah ke dorongan untuk ibu,Untuk tetap melanjutkan metode Ibu tersebut dalam menyampaikan materi kepada mahasiswa.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar