Nama : Muh.Ikvi Zainal Wafa
NIM : 1302045082
Mata
Kuliah : Pemikiran Politik Islam
Refleksi Pemikiran Politik Islam
1.Anda mau menjadi pemikir yang seperti apa ? apakah
seperti zaman klasik atau zaman pertengahan
2.Pilih salah satu tokoh pemikiran islam di zaman
klasik (+foto)
3.Kritik dan saran untuk Bu Unis(yang membangun) dan
sertakan foto pribadi
Jawab
1).Saya ingin menjadi pemikir klasik,Alasan saya
memilih menjadi pemikir klasik dikarenakan Nabi Muhammad SAW. Bersabda dalam
hadistnya :
خَيْرَ أُمَّتِـي قَرْنِي ثُمَّ
الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ
“Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian
orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang
setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Seperti yang dikemukakan oleh Harun Nasution dalam
bukunya “Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya” Bahwa periode klasik dimulai
dari 650M-1250M sedangkan Nabi wafat pada 8 Juni 632M,maka umat yang
mendekati masa Rasululloh adalah zaman klasik.Sehingga bisa ditarik kesimpulan
jika pada saat itu adalah termasuk umat terbaik,maka para pemikirnya juga bisa
disebut pemikir terbaik yang mana termasuk umat Nabi
Selain itu ketika Islam mempunyai peradaban yang tinggi
pada zaman Klasik,Di Eropa berada dalam zaman Pertengahan, yang ditandai dengan
zaman kegelapan. Tidak mengherankan kalau orang-orang Eropa datang ke Andalusia
dan Sisilia, yang ketika itu merupakan pusat peradaban Islam, di samping
Baghdad, Kairo, Damaskus dan lain-lain untuk mempelajari filsafat dan sains
yang berkembang dalam dunia Islam.
Berbeda dengan periode Klasik yang mengalami
kemajuan, umat Islam pada periode pertengahan mengalami kemunduran
karena disintegrasi bertambah meningkat, disamping umat Islam kurang
sekali perhatiannya pada ilmu pengetahuan. Ini ditandai dengan adanya
pemikiran-pemikiran para ulama yang bersifat dogmatis dan didukung juga oleh
perbedaan-perbedaan pemikiran yang terjadi antara ulama Sunni dan ulama Syi’ah.
2).Saya tertarik dengan Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd adalah seorang ilmuwan muslim yang cerdas
dan menguasai banyak bidang ilmu, seperti al-Quran, fisika, kedokteran,
biologi, filsafat, dan astronomi. Ibnu Rusyd lahir pada tahun 1198 di Kordoba,
Spanyol. Di Barat, ia dikenal dengan nama Averroes. Ayah Ibnu Rusyd adalah
seorang ahli hukum yang cukup berpengaruh di Kordoba. Sementara itu, banyak
saudaranya menduduki posisi penting di pemerintahan. Latar belakang keluarganya
itulah yang sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat intelektualitas Ibnu
Rusyd di kemudian hari. Ibnu Rusyd adalah seorang tokoh perintis ilmu jaringan
tubuh (histology). Ia pun berjasa dalam bidang penelitian pembuluh darah dan
penyakit cacar.
Abad XII dan beberapa abad sebelumnya adalah zaman
keemasan bagi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam. Saat itu, Dinasti
Abbasiyah sedang berkuasa, dengan pusat pemerintahan di Semenanjung Andalusia
(Spanyol). Para penguasa muslim pada masa itu sangat mendukung perkembangan
ilmu pengetahuan. Mereka sering meminta para ilmuwan untuk menggali kembali
warisan intelektual Yunani yang masih tersisa. Dengan begitu, nama-nama ilmuwan
beserta Yunani beserta karyanya, seperti Aristoteles, Plato, Phytagoras, dan
Euclides, masih tetap terpelihara hingga sekarang.
Ibnu Rusyd dapat digolongkan sebagai seorang ilmuwan
yang komplit. Selain sebagai seorang ahli filsafat, ia juga dikenal pakar di
bidang kedokteran, sastra, logika, ilmu pasti, dan ilmu agama. Sehubungan
dengan itu, ia sangat menguasai ilmu tafsir al-Quran dan hadis, juga ilmu hukum
dan fikih. Disebabkan kecerdasannya itulah, ia kemudian diangkat menjadi Hakim
Agung Kordoba, sebuah jabatan yang pernah dipegang kakeknya pada masa
pemerintahan Dinasti al-Murabitun di Afrika Utara. Ibnu Rusyd menjadi hakim
agung selama masa pemerintahan Khalifah Abu Ya’kub Yusuf hingga anaknya,
Khalifah Abu Yusuf.
Biografi Ibnu Rusyd: Perintis Ilmu Jaringan Tubuh Di
sela-sela kesibukannya sebagai seorang dokter dan hakim agung, Ibnu Rusyd
menyempatkan diri menulis. Ia menghasilkan lebih dari dua puluh buku
kedokteran. Salah satunya adalah al-Kulliyyat fi al-Thibb, yang kemudian
diterjemahkan dalam bahasa Latin. Buku yang merupakan ikhtisar kedokteran yang
terlengkap pada zamannya ini diterbitkan di Padua pada tahun 1255. Sementara
itu, salinannya dalam versi bahasa Inggris dikenal dengan judul General Rules
of Medicine. Salinan tersebut sempat dicetak ulang sebanyak beberapa kali di
Eropa. Para penulis sejarah mengungkapkan kedalaman pemahaman Ibnu Rusyd dalam
bidang kedokteran dengan berkata, “Fatwanya dalam ilmu kedokteran dikagumi
sebagaimana fatwanya dalam fikih. Semua itu disebabkan kedalaman filsafat dan
ilmu kalamnya.”
Ibnu Rusyd
juga seorang ahli filsafat yang cerdas. Pada masa itu, buku-buku Aristoteles
yang diterbitkan masih sangat sedikit dan sulit dipahami. Menyadari hal itu,
Ibnu Rusyd tergerak untuk mengoreksi buku terjemahan karya Aristoteles tersebut
bahkan melengkapinya. Ibnu Rusyd juga menerjemahkan dan melengkapi sejumlah
karya pemikir Yunani lain, seperti Plato yang mempunyai pengaruh selama
berabad-abad.
Pada tahun 1169-1195, Ibnu Rusyd menulis sejumlah
komentar terhadap karya-karya Aristoteles, seperti De Organon, De Anima,
Phiysica, Metaphisica, De Partibus Animalia, Parna Naturalisi, Metodologica,
Rhetorica, dan Nichomachean Ethick. Dengan kecerdasannya, komentar Ibnu Rusyd
itu seolah menghadirkan kembali pemikiran Aristoteles secara lengkap. Di
sinilah terlihat kemampuan Ibnu Rusyd yang luar biasa dalam melakukan sebuah
pengamatan. Di kemudian hari, komentar Ibnu Rusyd tersebut sangat berpengaruh
terhadap pembentukan tradisi intelektual kaum Yahudi dan Nasrani. Hal itulah
yang kemudian membuka jalan bagi Ibnu Rusyd mengunjungi Eropa untuk mempelajari
warisan Aristoteles dan filsafat Yunani.
Ibnu
Rusyd juga dikenal sebagai pengkritik Ibnu Sina yang paling bersemangat.
Meskipun begitu, ia tetap menghormati karya para pendahulunya. Ia juga tertarik
pada gagasan al-Farabi tentang logika. Hal itu selalu memberinya inspirasi
untuk berkarya. Ibnu Rusyd adalah seorang filosof yang telah berjasa
mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani.
Di
bidang ilmu agama, Ibnu Rusyd menghasilkan sejumlah karya, seperti Tahafut
at-tahafut, sebuah kitab yang menjawab serangan Abu Hamid al-Ghazali terhadap
para filosof terdahulu. Sebagai seorang ahli ilmu agama dan filsafat, Ibnu
Rusyd dianggap cukup berhasil mempertemukan hikmah (filsafat) dengan syariat
(agama dan wahyu).
Semasa hidupnya, Ibnu Rusyd menghasilkan sekitar 78
karya, yang semuanya ditulis dalam bahasa Arab. Kini, sejumlah karyanya
tersimpan rapi di perpustakaan Escurial, Madrid, Spanyol.
3).Menurut saya Ibu Unis sudah sangat baik dalam
menyampaikan dalam menyampaikan materi kepada mahasiswa,Saya pribadi banyak
mendapatkan pengetahuan yang belum saya mengerti dari Ibu.Salah satuya adalah
Etika berdiskusi yang menurut saya sangat penting di masa yang akan
datang.Etika berdiskusi yang masih melekat di benak saya adalah :
- mengucapkan maaf sebelum berargumen
-Perbaiki niat ketika menyanggah orang lain(bukan
untuk menjatuhkan melainkan untuk eksplorasi ilmu)
Mungkin Kritikan saya adalah Lebih mengarah ke
dorongan untuk ibu,Untuk tetap melanjutkan metode Ibu tersebut dalam
menyampaikan materi kepada mahasiswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar