Nama : M. Afriza
Nadil
Nim : 1302045079
Refleksi
pribadi, ingin menjadi pemikir seperti apa? di zaman klasik, pertengahan, atau
modern?
Jawab :
Setelah
mengikuti pembahasan di pertemuan ke-8, saya merasa dan ingin menjadi seseorang
yang berfikir secara klasik dan bisa menjadi penengah di saat dua orang sedang
berlerai. Seperti yang sudah kita ketahui sama-sama bahwa pemikiran klasik
merupakan pemikiran menggunakan integrasi (penyatuan). Maka dari itu saya
merasa berfikir dengan integrasi sangatlah
penting, misalnya saat saya sedang dalam menghadapi ujian ketika semasa
sekolah. Di saat itu, teman-teman saya sangat pintar sekali menyontek, namun
tidak dengan saya. Hati dan pikiran saya mengetahui dengan jelas bahwa
menyontek adalah prilaku tercela oleh sebab itu saya sangat takut untuk
menyontek. Saya sangat bangga dengan hasil yang saya
peroleh dengan sendirinya di bandingkan dengan hasil teman-teman saya.
Tokoh Islam Klasik Al-Khindi
Nama lengkap
beliau adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishak bin Sabbah bin Imron bin Ismail bin
Muhammad bin Al-Asy’as bin Qais al-Kindi. keturunan suku Kindah, Arab Selatan yang
masyhur dan diabadikan oleh penyair Imru’ al-Qays yang menyenandungkannya
sebagai suatu perjalanan ke Byzantium yang jauh, lama sebelum datangnya islam
ke sana. Ayahnya adalah Gubernur Kufah dimasa Khalifah al-Mahdi (775-785 M) dan
ar-Rasyid (786-809 M). Disanalah ia dilahirkan pada tahun 809 M. Al-Kindi
dikenal sebagai filsuf muslim pertama. Karena beliau adalah orang Islam pertama
yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Selain menterjemahkan al-Kindi juga
menyimpulkan karya-karya filsafat hetenisme. Beliau dikenal sebagai pemikir
muslim pertama yang menyelaraskan filsafat dan agama. Karya al-Kindi kurang
lebih berjumlah 270 buah. Kebanyakan berupa risalah-risalah pendek dan banyak
yang sudah tidak ditemukan lagi.
Berbeda seperti zaman sekarang, di
mana seorang ulama hanya menguasai satu cabang keilmuan yang mahir, maka
Al-Kindi sama seperti tradisi keilmuan para ahli pada masanya maupun masa-masa
sebelum dan sesudahnya, yaitu menguasai lebih dari satu cabang keilmuan yang mahir
khususnya ilmu-ilmu yang sedang berkembang saat itu.
Kritik dan saran :
Setelah
berdiskusi dengan teman-teman, saya pribadi sangat menyukai bila ibu yang
mengajar tanpa asisten dosen.
Ibu
selalu memberikan bimbingan yang sangat menarik sehingga tidak ada kata bosan
untuk bertemu dengan Ibu Unis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar