BAB 6
Teori-Teori Budaya Politik
Kolektivitas dan Manusia Baru
Teori budaya politik kontemporer dan ortodok menjadi
pembahasan dalam bab ini yang mana diawal dihubungkan dengan asumsi dasar
budaya dalam karya marx dan Webber. Marx memandang keyakinan dan simbol-simbol budaya kapitalis
sebagai suprastruktur ideologi yang semu dalam konteks kelas yang hanya
melindungi kapitalis. Webber menjelaskan susunan politik, sosial, dan ekonomi
didasarkan pada kepentingan individu yang rasional.
Ilmu Budaya Politik lahir dari konsepsi ilmu budaya, dimana
dijelaskan dari prespektif antropologi seperti EB. Taylor dan Franz Boaz yang
menyebutkan kebiasaan dalah awal dari kebudayaan.Di 1930an studi budaya
dihindari dan lebih menekankan pada struktur sosial, Dikatakan Van Den Hag 1962. Interpretasi
budaya sangat mengandung nilai yang etnosentris.
Parson (1951) mengatakan budaya terdiri dari
sistem-sistemnya sendiri namun juga terkait dengan sosial dan psikilogis maka
sebagai bagian dari teori tindakan maka teori budaya harus memperhatikan
sifat-sifat budaya ditambah dengan pola-pola budaya bersama sistem tindakan
lainnya, ia menekankan individual dalam orientasi rasional seperti Webber. Harold
Lasswerll (1939) memperluas hubungan-hubunan sistematik antara kepribadian dan
budaya,karyanya dipengaruhi oleh studi karakter nasional dari generasi yang
lalu.
Dalam konteks nasionalisme, Leonard Doob (1964)
memproyeksikan ciri dan orientasi kepribadian pada tingkat negara bangsa
ditambah kontribusi dari Lucian Pye (1962) sebuah teori budaya nasional lewat
pengujian kepribadian dan sikap politik diantara kelompok elit di Burma
Dalam perbandingan politik terdapat upaya untuk memandang
budaya dalam konteks politik. Ketidakpuasan atas studi karakter nasional
mendesak adanya perumusan ulang konsep sebelumnya. Budaya politik menjadi suatu
versi dari konsep karakter nasional yang usang dan kurang tepat hingga tulisan
Montesqieu.
Almond dan Sidney Verba lebih menyukai budaya politik
dibanding karakter nasional karena istilah tersebut memungkinkan mereka
menggunakan kerangka kerja konsep dari antropologi, sosiologi, dan psikologi.
Lucyan Pye kemudian melihat budaya politik sebagai metode.
Demokrasi partisipatif dan pluralisik, orde melalui
birokrasi rasional, serta stabilitas melalui moderenisasi dimana dari empat hal
tersebut dapat disarikan adanya penekanan orientasi-orientasi budaya psikologis
dan perenungan, perasaan, dan evaluasi manusia dalam berhubungan dengan sistem
politiknya.
Dijelaskan pada bab ini Analisis Marxis sendiri
lebih berkosentrasi pada mode produksi, kekuatan-kekuatan produksi, dan hubungan-hubungan
sosial dari produksi; dengan demikian konsep budaya dapat diterapkan dalam
Marxisme, bukan ditingkat basis melainkan suprastruktur sedang Lenin budaya
sebagai struktur kelas, tercipta dalam citra kelas penguasa. Dalam sosialisme,
budaya diarahkan menuju pemuasan kebutuhan massa. Dengan demikian Lenin
memandang budaya terbangkitkan, disatu sisi, dalam budaya sosialis dan
demokratis dari massa rakyat pekerja dan terekploitasi dan, disisi lain, dalam
budaya penguasa dari kaum borjuis. Kemudian Stalin mengembangkan sebuah teori
negara-negara dimana ia menyerang nasionalisme reformis, misalnya kecenderungan
untuk mengganti tujuan-tujuan nasional dengan tujuan revolusioner. Stalin juga
mengajukan teori minoritas-minoritas nasional, menyebut sebuah kelompok etnik
sebagai minoritas nasional seandainya mereka tidak memiliki ciri sebuah bangsa
Pada Bab ini dijelaskan juga bagaimana komunis Cina tidak
relevan mengadopsi doktrin stalin dan mengutamakan pedesaan serta kuba dimana
Che Guevara mendoktrin pentingnya pengorbanan individu daam kolektivitas
Gabriel Almond pertama kali memperkenalkan konsep budaya
politik di tahun 1956, dalam upaya awalnya untuk memberikan suatu klasifikasi
dalam membandingkan sistem-sitem politik. Menurut Gabriel Amond setiap sistem
politik memiliki ciri khas tersendiri dalam tindakan politiknya dan menunjukan
bahwa tindakan tersebut merupakan budaya politik. Terdapat beberapa orientasi
yang menjadi basis tipe-tipe budaya, orientasi kognitif pengetahuan dan
keyakinan menyangkut sistem politik, perintah dan operasinya. Orientasi afektif
melibatkan perasaan terhadap sistem seperti rasa keterlibatan atau pengucilan.
Orientasi evaluatif terdiri dari penilaian dan opini tentang sistem politik,
nilai-nilai demokrasi.
Tercatat bahwa studi-studi
komunikasi cenderung berkonsentrasi pada media massa sebagai agen-sosialisasi
dan juga bahwa model-model komunikasi ortodoks didasarkan pada teori
perkembangan, yang mengasumsikan adanya evolusi masyarakat dari tahap
tradisional ke transisional dan tahap modern. Selanjutnya,perumusan-perumusan
mereka bersifat stasis dan terikat budaya serta menyamai toeri demokrasi
liberal dari ilmu politik arus utama. Sebagai contoh,par peneliti mengungkap
pola-pola sikap individu yang mencerminkan sosialisasi di masyarakat stabi yang
disebut demokratis,kemudian menerapkan temuan-temuan mereka pada negara-negara
kurang berkembang di Dunia Ketiga.
Dalam seluruh
wilayah ini teori ortodoks kekurangan dalil-dalil kejelasan. Studi-studinya
hanya memberikan klasifikasi dan bersifat deskriptif bukannya analisis. Secara
umum, prespektif Marxis memandang pemahaman budaya dan sosialisasi politik
ortodoks sebagai satu perwujudan suprastruktur ideologis dari sebuah masyarakat
kalpitalis borjuis. Prespektif Marxis juga mengindentifikasi
kecenderungan-kecenderungan borjuis yang mungkin menjadi basis berlangsungnya
perjuangan kelas dari masyarakat-masyarakat yang bertransisi dari kapitalisme
menjadi sosialisme. Meskipun beberapa pengikut Marxis berpendapat bahwa
penghapusan properti pribadi dalam cara-cara produksi tak terelakkan lagi akan
menghasilkan sebuah masyarakat tanpa kelas. Negara-negara seperti Cina dan Kuba
adalah sebuah teori yang mengansumsikan subtitusi pandangan dunia borjuis
dengan pandangan dunia proletar. Pandangan dunia seperti ini membayangkan
penghancuran pengucilan dan dorongan terhadap ketiadaan pribadi,komitmen dan
kreativitas atas nama masyarakat dan budaya secara keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar