Sabtu, 16 Mei 2015

REVIEW BUKU TPP: RONALD H CHILCOTE (BAB 6)



BAB 6
Teori-Teori Budaya Politik 
Kolektivitas dan Manusia Baru 





Teori budaya politik kontemporer dan ortodok menjadi pembahasan dalam bab ini yang mana diawal dihubungkan dengan asumsi dasar budaya dalam karya marx dan Webber. Marx memandang  keyakinan dan simbol-simbol budaya kapitalis sebagai suprastruktur ideologi yang semu dalam konteks kelas yang hanya melindungi kapitalis. Webber menjelaskan susunan politik, sosial, dan ekonomi didasarkan pada kepentingan individu yang rasional.



Ilmu Budaya Politik lahir dari konsepsi ilmu budaya, dimana dijelaskan dari prespektif antropologi seperti EB. Taylor dan Franz Boaz yang menyebutkan kebiasaan dalah awal dari kebudayaan.Di 1930an studi budaya dihindari dan lebih menekankan pada struktur sosial,  Dikatakan Van Den Hag 1962. Interpretasi budaya sangat mengandung nilai yang etnosentris.  

Parson (1951) mengatakan budaya terdiri dari sistem-sistemnya sendiri namun juga terkait dengan sosial dan psikilogis maka sebagai bagian dari teori tindakan maka teori budaya harus memperhatikan sifat-sifat budaya ditambah dengan pola-pola budaya bersama sistem tindakan lainnya, ia menekankan individual dalam orientasi rasional seperti Webber. Harold Lasswerll (1939) memperluas hubungan-hubunan sistematik antara kepribadian dan budaya,karyanya dipengaruhi oleh studi karakter nasional dari generasi yang lalu.
Dalam konteks nasionalisme, Leonard Doob (1964) memproyeksikan ciri dan orientasi kepribadian pada tingkat negara bangsa ditambah kontribusi dari Lucian Pye (1962) sebuah teori budaya nasional lewat pengujian kepribadian dan sikap politik diantara kelompok elit di Burma

Dalam perbandingan politik terdapat upaya untuk memandang budaya dalam konteks politik. Ketidakpuasan atas studi karakter nasional mendesak adanya perumusan ulang konsep sebelumnya. Budaya politik menjadi suatu versi dari konsep karakter nasional yang usang dan kurang tepat hingga tulisan Montesqieu.
Almond dan Sidney Verba lebih menyukai budaya politik dibanding karakter nasional karena istilah tersebut memungkinkan mereka menggunakan kerangka kerja konsep dari antropologi, sosiologi, dan psikologi. Lucyan Pye kemudian melihat budaya politik sebagai metode.
Demokrasi partisipatif dan pluralisik, orde melalui birokrasi rasional, serta stabilitas melalui moderenisasi dimana dari empat hal tersebut dapat disarikan adanya penekanan orientasi-orientasi budaya psikologis dan perenungan, perasaan, dan evaluasi manusia dalam berhubungan dengan sistem politiknya.

Dijelaskan pada bab ini Analisis Marxis sendiri lebih berkosentrasi pada mode produksi, kekuatan-kekuatan produksi, dan hubungan-hubungan sosial dari produksi; dengan demikian konsep budaya dapat diterapkan dalam Marxisme, bukan ditingkat basis melainkan suprastruktur sedang Lenin budaya sebagai struktur kelas, tercipta dalam citra kelas penguasa. Dalam sosialisme, budaya diarahkan menuju pemuasan kebutuhan massa. Dengan demikian Lenin memandang budaya terbangkitkan, disatu sisi, dalam budaya sosialis dan demokratis dari massa rakyat pekerja dan terekploitasi dan, disisi lain, dalam budaya penguasa dari kaum borjuis. Kemudian Stalin mengembangkan sebuah teori negara-negara dimana ia menyerang nasionalisme reformis, misalnya kecenderungan untuk mengganti tujuan-tujuan nasional dengan tujuan revolusioner. Stalin juga mengajukan teori minoritas-minoritas nasional, menyebut sebuah kelompok etnik sebagai minoritas nasional seandainya mereka tidak memiliki ciri sebuah bangsa

Pada Bab ini dijelaskan juga bagaimana komunis Cina tidak relevan mengadopsi doktrin stalin dan mengutamakan pedesaan serta kuba dimana Che Guevara mendoktrin pentingnya pengorbanan individu daam kolektivitas

Gabriel Almond pertama kali memperkenalkan konsep budaya politik di tahun 1956, dalam upaya awalnya untuk memberikan suatu klasifikasi dalam membandingkan sistem-sitem politik. Menurut Gabriel Amond setiap sistem politik memiliki ciri khas tersendiri dalam tindakan politiknya dan menunjukan bahwa tindakan tersebut merupakan budaya politik. Terdapat beberapa orientasi yang menjadi basis tipe-tipe budaya, orientasi kognitif pengetahuan dan keyakinan menyangkut sistem politik, perintah dan operasinya. Orientasi afektif melibatkan perasaan terhadap sistem seperti rasa keterlibatan atau pengucilan. Orientasi evaluatif terdiri dari penilaian dan opini tentang sistem politik, nilai-nilai demokrasi.

   Tercatat bahwa studi-studi komunikasi cenderung berkonsentrasi pada media massa sebagai agen-sosialisasi dan juga bahwa model-model komunikasi ortodoks didasarkan pada teori perkembangan, yang mengasumsikan adanya evolusi masyarakat dari tahap tradisional ke transisional dan tahap modern. Selanjutnya,perumusan-perumusan mereka bersifat stasis dan terikat budaya serta menyamai toeri demokrasi liberal dari ilmu politik arus utama. Sebagai contoh,par peneliti mengungkap pola-pola sikap individu yang mencerminkan sosialisasi di masyarakat stabi yang disebut demokratis,kemudian menerapkan temuan-temuan mereka pada negara-negara kurang berkembang di Dunia Ketiga.

    Dalam seluruh wilayah ini teori ortodoks kekurangan dalil-dalil kejelasan. Studi-studinya hanya memberikan klasifikasi dan bersifat deskriptif bukannya analisis. Secara umum, prespektif Marxis memandang pemahaman budaya dan sosialisasi politik ortodoks sebagai satu perwujudan suprastruktur ideologis dari sebuah masyarakat kalpitalis borjuis. Prespektif Marxis juga mengindentifikasi kecenderungan-kecenderungan borjuis yang mungkin menjadi basis berlangsungnya perjuangan kelas dari masyarakat-masyarakat yang bertransisi dari kapitalisme menjadi sosialisme. Meskipun beberapa pengikut Marxis berpendapat bahwa penghapusan properti pribadi dalam cara-cara produksi tak terelakkan lagi akan menghasilkan sebuah masyarakat tanpa kelas. Negara-negara seperti Cina dan Kuba adalah sebuah teori yang mengansumsikan subtitusi pandangan dunia borjuis dengan pandangan dunia proletar. Pandangan dunia seperti ini membayangkan penghancuran pengucilan dan dorongan terhadap ketiadaan pribadi,komitmen dan kreativitas atas nama masyarakat dan budaya secara keseluruhan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar