BAB 8
TEORI-TEORI KELAS :
DARI ELIT PLURALIS KE KELAS PENGUASA DAN MASSA
DARI ELIT PLURALIS KE KELAS PENGUASA DAN MASSA
DISUSUN OLEH :
-
Gusmawati (1302045128)
-
Risky
Diana Priastari (1302045087)
-
Hamdi
Abdillah (1302045113)
-
Riza
Alfarisy (1302045095)
-
Jordan
Aan August (1302045124)
-
Anandha Happy (1302045132)
Pluralisme
berpegangan bahwa demokrasi didalilkan pada keragaman, kepentingan dan
penyebaran kekuasaan. Teori-teori pluralism berkembang dari pemikiran ekonomi
dan politik liberal. Pluralism terkadang dihubungkan dengan jalur-jalur
pemikiran sosialis tertentu, dan dalam posisi ini, teori-teori konflik dan
consensus dapat diterapkan seperti halnya kecenderungan-kecenderungan untuk
meningkatkan pluralism dengan perspektif marxis dan cita-cita masyarakat tanpa
kelas.Dahl berpendapat bahwa pluralism tidak lagi terbatas pada pemikiran
borjuis barat dan membedakan antara pluralism organisasional dan pluralism
konfliktif. Pluralism organisasional menyiratkan satu peningkatan otonomi
relative terhadap peningkatan jumlah organisasi. Pluralisme konfliktif merujuk
pada jumlah dan pola belahan-belahan yang relative berkelanjutan, yang harus
diperhitungkan dalam mencirikan konflik-konflik diantara kumpulan orang-orang
tertentu.
Instrumentalisme
berasumsi bahwa Negara dikontrol oleh dan melayani kepentingan-kepentingan
kelas kapitalis. Menurut Miliband, kelas penguasa kapitalis menjalankan
kekuasaan dengan menggunakan Negara sebagai instrumennya untuk mendominasi
masyarakat. Pandangannya ditarik dari “communist manivesto” dimana Marx dan
Engels menegaskan bahwa Negara modern tidak lain adalah sebuah komite yang
mengelola urusan-urusan umum seluruh kaum borjuis.
Struktur
kekuasaan telah memberikan dorongan awal bagi sebuah teori Negara atau
instrumentalis. Negara menjadi sebuah instrument di tangan kelas penguasa dan
memungkinkan kelas mendominasi kepentingan-kepentingan sendiri. Negara dipahami
dalam pengertian penggunaan instrument kekuasaan oleh orang-orang yang berada
pada posisi-posisi penting. Kelas penguasa masyarakat kapitalis memegang kendali
kekuasaan ekonomi dan menggunakan Negara sebagai instrumennya untuk mendominasi
masyarakat. Dua kelas di bawah kapitalisme – kelas yang memiliki dan mengontrol
serta kelas yang bekerja. Diantara kelas-kelas “kutub” ini orang yang dapat
menemukan dua elemen “kelas menengah” yang satu terdiri dari golongan
professional dan yang lain berupa para pelaku bisnis dan para petani yang
memiliki usaha kecil menengah dan terdapat massa professional yang menjalankan
negar.
Teori-teori
strukturalisme dan struktur kekuasaan secara substansi berbeda dalam aliran
strukturalis dapat disaksikan adanya arus-arus politik dan ekonomi. Para
strukturalis berfokus pada mekanisme-mekanisme penindasan dan ideology Negara
serta cara mereka menyediakan suatu struktur tertata bagi kapitalisme.
Strukturalisme politik berlawanan dengan pendekatan strukturalis ekonomi.
Negara adalah
instrument ekonomi dalam kapitalisme. Negara dapat beryindak untuk memecahkan
krisis-ksris tertentu, dapat digunakan atas nama kepentingan-kepentingan kaum borjuis
dan untuk mengurangi antagonism dan revolusi kelas lewat penyediaan
konsensi-konsensi bagi kelas pekerja.
Kelas adalah konsep
yang secara historis berkaitan dengan ekonomi dunia kapitalis atau system dunia
modern. System dunia ini terdiri dari tiga elemen dasar: satu pasar tunggal,
serangkaian struktur Negara atau bangsa-bangsa yang mempengaruhi bekerjanya
pasar, dan tiga tingkat proses eksploitasi (pusat,semi batas luar, dan batas
luar) yang terlibat dalam surplus pekerja.
Satu masalah
utama teori strukturalis adalah hanya menjelaskan aksi kelas yang muncul dari
kesadaran kelas. Strukturalisme ekonomi membatasi Negara pada konsepsi yang
hanya menyentuh permukaan, sejenis daftar cek sistemik.
System dan
perjuangan kelas. Kaum borjuis menggunakan ideologinya untuk menyejajarkan
kebijakan Negara dengan kepentingan-kepentingannya sendiri dalam hubungan luar
negeri, keuangan, dan bidang-bidang social. Tindakan Negara dibatasi untuk
memelihara tatanan public melalui militer, pengadilan dan polisi. Sehingga
menciptakan kondisi-kondisi bagi tercapainya akumulasi modal pribadi.
Identifikasi
kelas biasanya berhubungan dengan kriteria seperti pendapatan, status, serta
pendidikan. Kategori kelas menurut Gail Omvedt (1973), yaitu: kaum borjuis
industri (kecil, seringkali tidak ada karena dominasi modal monopoli asing);
kaum borjuis komersial (kekuatan dominan di wilayah-wilayah perkotaan dan
bergabung dengan kelas pedesaan dan para tuan tanah); kaum cerdik-pandai
(berpendidikan Barat dan sering kali memegang posisi-posisi birokrasi
kolonial); kaum borjuis kecil (kalangan subelit yang terdiri dari
pegawai-pegawai kantor, para guru rendahan, dan pedagang-pedagang yang
seringkali menjadi pemimpin-pemimpin pembebasan nasional); aristokrasi
tradisional (para bangsawan, para penguasa, dan kepala-kepala suku yang bekerja
sama dengan para administrator kolonial) para tuan tanah (kelas penguasa
tanah); kelas petani; dan kelas pekerja industri.
Marx berniat mensituasikan konsep
kelas dalam beberapa tingkat saling terkait, yaitu:
1. Tingkat
Pertama: Analisis mode produksi
Ketika mode ini
dan hubungan-hubungan produksinya didasarkan pada property pribadi, maka
kelas-kelas sosial terlibat dengan pejuangan sebagai hasil hubungan-hubungan
mereka yang antagonistic dan kontradiktif.
2. Tingkat
Kedua: Analisis struktur sosial.
Anlisis akan
bersifat deskriptif dan konret, menguji bentuk-bentuk spesifik
hubungan-hubungan antar komponen mode produksi.
3. Tingkat
Ketiga: Situasi-situasi sosial
Khususnya
stratifikasi sosial atau hirarkiasi individu-individu dalam masyarakat;
berdasarkan kelasnya maupun perbedaan-perbedaan pendapatan, profesi, politik,
dan sebagainya.
Terdapat
perdebatan mengenai keberagaman interpretasi masyarakat ganda di Amerika Latin.
Yang pertama, lewat para pengkritik menuduh bahwa masyarakat-masyarakat Amerika
Latin selalu memiliki ciri feudal dan berlanjut hingga hari ini sebagai
masyarakat tertutup, tradisional, penentang perubahan, dan tak terintegrasi
dalam ekonomi pasar; yaitu masyarakat yang memegang mode prakapitalis. Namun
pendapat lain mengatakan bahwa wilayah ini telah menjadi kapitalis berdasarkan
konsepsi bahwa ia digabungkan ke dalam pasar dunia di masa kolonial yang akan
meruntuhkan stagnasi feodal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar