Sabtu, 16 Mei 2015

REVIEW BUKU TPP: RONALD H CHILCOTE (BAB 8)




BAB 8
TEORI-TEORI KELAS :
 DARI ELIT PLURALIS KE KELAS PENGUASA DAN MASSA


DISUSUN OLEH :
-         Gusmawati                           (1302045128)
-         Risky Diana Priastari          (1302045087)
-         Hamdi Abdillah                   (1302045113)
-         Riza Alfarisy                       (1302045095)
-         Jordan Aan August            (1302045124)
-         Anandha Happy                 (1302045132)


Pluralisme berpegangan bahwa demokrasi didalilkan pada keragaman, kepentingan dan penyebaran kekuasaan. Teori-teori pluralism berkembang dari pemikiran ekonomi dan politik liberal. Pluralism terkadang dihubungkan dengan jalur-jalur pemikiran sosialis tertentu, dan dalam posisi ini, teori-teori konflik dan consensus dapat diterapkan seperti halnya kecenderungan-kecenderungan untuk meningkatkan pluralism dengan perspektif marxis dan cita-cita masyarakat tanpa kelas.Dahl berpendapat bahwa pluralism tidak lagi terbatas pada pemikiran borjuis barat dan membedakan antara pluralism organisasional dan pluralism konfliktif. Pluralism organisasional menyiratkan satu peningkatan otonomi relative terhadap peningkatan jumlah organisasi. Pluralisme konfliktif merujuk pada jumlah dan pola belahan-belahan yang relative berkelanjutan, yang harus diperhitungkan dalam mencirikan konflik-konflik diantara kumpulan orang-orang tertentu.






Instrumentalisme berasumsi bahwa Negara dikontrol oleh dan melayani kepentingan-kepentingan kelas kapitalis. Menurut Miliband, kelas penguasa kapitalis menjalankan kekuasaan dengan menggunakan Negara sebagai instrumennya untuk mendominasi masyarakat. Pandangannya ditarik dari “communist manivesto” dimana Marx dan Engels menegaskan bahwa Negara modern tidak lain adalah sebuah komite yang mengelola urusan-urusan umum seluruh kaum borjuis.
Struktur kekuasaan telah memberikan dorongan awal bagi sebuah teori Negara atau instrumentalis. Negara menjadi sebuah instrument di tangan kelas penguasa dan memungkinkan kelas mendominasi kepentingan-kepentingan sendiri. Negara dipahami dalam pengertian penggunaan instrument kekuasaan oleh orang-orang yang berada pada posisi-posisi penting. Kelas penguasa masyarakat kapitalis memegang kendali kekuasaan ekonomi dan menggunakan Negara sebagai instrumennya untuk mendominasi masyarakat. Dua kelas di bawah kapitalisme – kelas yang memiliki dan mengontrol serta kelas yang bekerja. Diantara kelas-kelas “kutub” ini orang yang dapat menemukan dua elemen “kelas menengah” yang satu terdiri dari golongan professional dan yang lain berupa para pelaku bisnis dan para petani yang memiliki usaha kecil menengah dan terdapat massa professional yang menjalankan negar.
Teori-teori strukturalisme dan struktur kekuasaan secara substansi berbeda dalam aliran strukturalis dapat disaksikan adanya arus-arus politik dan ekonomi. Para strukturalis berfokus pada mekanisme-mekanisme penindasan dan ideology Negara serta cara mereka menyediakan suatu struktur tertata bagi kapitalisme. Strukturalisme politik berlawanan dengan pendekatan strukturalis ekonomi.
Negara adalah instrument ekonomi dalam kapitalisme. Negara dapat beryindak untuk memecahkan krisis-ksris tertentu, dapat digunakan atas nama kepentingan-kepentingan kaum borjuis dan untuk mengurangi antagonism dan revolusi kelas lewat penyediaan konsensi-konsensi bagi kelas pekerja.
Kelas adalah konsep yang secara historis berkaitan dengan ekonomi dunia kapitalis atau system dunia modern. System dunia ini terdiri dari tiga elemen dasar: satu pasar tunggal, serangkaian struktur Negara atau bangsa-bangsa yang mempengaruhi bekerjanya pasar, dan tiga tingkat proses eksploitasi (pusat,semi batas luar, dan batas luar) yang terlibat dalam surplus pekerja.
Satu masalah utama teori strukturalis adalah hanya menjelaskan aksi kelas yang muncul dari kesadaran kelas. Strukturalisme ekonomi membatasi Negara pada konsepsi yang hanya menyentuh permukaan, sejenis daftar cek sistemik. 

System dan perjuangan kelas. Kaum borjuis menggunakan ideologinya untuk menyejajarkan kebijakan Negara dengan kepentingan-kepentingannya sendiri dalam hubungan luar negeri, keuangan, dan bidang-bidang social. Tindakan Negara dibatasi untuk memelihara tatanan public melalui militer, pengadilan dan polisi. Sehingga menciptakan kondisi-kondisi bagi tercapainya akumulasi modal pribadi.
Identifikasi kelas biasanya berhubungan dengan kriteria seperti pendapatan, status, serta pendidikan. Kategori kelas menurut Gail Omvedt (1973), yaitu: kaum borjuis industri (kecil, seringkali tidak ada karena dominasi modal monopoli asing); kaum borjuis komersial (kekuatan dominan di wilayah-wilayah perkotaan dan bergabung dengan kelas pedesaan dan para tuan tanah); kaum cerdik-pandai (berpendidikan Barat dan sering kali memegang posisi-posisi birokrasi kolonial); kaum borjuis kecil (kalangan subelit yang terdiri dari pegawai-pegawai kantor, para guru rendahan, dan pedagang-pedagang yang seringkali menjadi pemimpin-pemimpin pembebasan nasional); aristokrasi tradisional (para bangsawan, para penguasa, dan kepala-kepala suku yang bekerja sama dengan para administrator kolonial) para tuan tanah (kelas penguasa tanah); kelas petani; dan kelas pekerja industri.
Marx berniat mensituasikan konsep kelas dalam beberapa tingkat saling terkait, yaitu:
1.       Tingkat Pertama: Analisis mode produksi
Ketika mode ini dan hubungan-hubungan produksinya didasarkan pada property pribadi, maka kelas-kelas sosial terlibat dengan pejuangan sebagai hasil hubungan-hubungan mereka yang antagonistic dan kontradiktif.
2.       Tingkat Kedua: Analisis struktur sosial.
Anlisis akan bersifat deskriptif dan konret, menguji bentuk-bentuk spesifik hubungan-hubungan antar komponen mode produksi.
3.       Tingkat Ketiga: Situasi-situasi sosial
Khususnya stratifikasi sosial atau hirarkiasi individu-individu dalam masyarakat; berdasarkan kelasnya maupun perbedaan-perbedaan pendapatan, profesi, politik, dan sebagainya.
                Terdapat perdebatan mengenai keberagaman interpretasi masyarakat ganda di Amerika Latin. Yang pertama, lewat para pengkritik menuduh bahwa masyarakat-masyarakat Amerika Latin selalu memiliki ciri feudal dan berlanjut hingga hari ini sebagai masyarakat tertutup, tradisional, penentang perubahan, dan tak terintegrasi dalam ekonomi pasar; yaitu masyarakat yang memegang mode prakapitalis. Namun pendapat lain mengatakan bahwa wilayah ini telah menjadi kapitalis berdasarkan konsepsi bahwa ia digabungkan ke dalam pasar dunia di masa kolonial yang akan meruntuhkan stagnasi feodal.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar