Kamis, 02 Juli 2015

Lamtinur Citra Lestari Sitanggang - 1302045129 - Refleksi "Mengenal Parlemen Lebih Dekat


Nama   : Lamtinur Citra Lestari Sitanggang
Nim     : 1302045129
Hubungan Internasional Reguler B 2013  '





  Refleksi "Mengenal Parlemen Lebih Dekat"


Mengacu pada teori sistem oleh David Easton  bahwa salah dalam suatu proses politik terjadi dengan adanya input dan output yang membentuk sebuah proses. Dalam kenyataannnya dalam memahami proses input dan output dapat kita lihat dari salah satu lembaga negara yaitu DPR. Maka pada tanggal 18 mei 2015, Mahasiswa Teori Perbandingan Politik Program Studi Hubungan Internasional Universitas Mulawarman angkatan 2013, mengadakan kunjungan ke DPRD Kalimantan Timur sebagai salah satu lembaga legislatif untuk lebih memahami sistem yang berlangsung dan mendapat informasi secara langsung dari anggota DPR. Dengan mengambil tema “ Mengenal Parlemen Lebih Dekat” mahasiswa diharapkan akan mampu memperoleh gambaran yang lebih akurat akan parlemen (dalam hal ini tingkat provinsi) dan melihat apakah adanya sinkronitas antara input dan output dan bagaimana perbandinganya jika dihadapkan pada teori dan fakta di lapangan.

Mahasiswa Hubungan Internasiaonal disambut oleh Komisi 4 DPRD yang membawahi pendidikan dan akan melakukan diskusi  antara mahasiswa dan anggota DPRD. Yang menjadi narasumber adalah anggota DPRD dari Komisi 4 namun beberapa diantaranya datang dari Komisi lain yaitu Komisi 1 yang membidangi masalah hukum. Selama kira-kira satu jam lamanya para narasumber  memberikan materi serta penjelasan.Dari penjelasan yang disampaikan oleh narasumber kesan pertama saya adalah bahwa beberapa narsumber kurang menguasai tema sehingga materi yang disampaikan jauh dari tema yang ditawarkan. Beberapa narasumber menjadi semacam menceritakan kisah hidup mereka. 

Namun salah satu pemateri yang menurut saya menarik  adalah narasumber dari Komisi 1 DPRD yaitu Ibu Komariah, yang menjelaskan secara gamblang dan lugas akan parlemem dan merupakan pemateri yang paling menguasai tema yang ditawarkan walau sangat disayangkan harus meningalkan tempat sebelum diskusi berakhir.

Kesan selanjutnya yang saya dapatkan adalah bahwa diskusi tidak dikonsep dengan baik, karena pada saat diskusi tidak jelas siapa yang jadi moderator sehingga baik materi dan pengenalan pribadi narasumber tidak terarah dengan baik. Selain itu, pengaturan waktunya juga tidak efisien (dalam hal ini para narasumber tidak hadir sesuai jam yang ditentukan sebelumnya) sehingga harus menunggu lama dimulainya acara yang berpengaruh pada efektivitasnya diskusi. Narasumber datang satu-persatu bahkan ada yang datang di pertengahan maupun penghujung acara diskusi.

Namun demikian bisa dirasakan oleh para mahasiswa bahwa dengan diskusi yang dilakukan, anggota DPRD Samarinda berusaha seterbuka mungkin dengan mahasiswa yang datang ditunjukkan dengan para anggota DPRD yang barusaha menjawab setiap pertanyaan dari mahasiswa dan menjadikannya sebagai masukan bagi kinerja DPRD kedepannya. Selain itu anggota DPRD juga menyarankan agar aspirasi mahasiswa juga ada baiknya jika disampaikan melalui forum diskusi (seperti yang dilakukan oleh mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional pada saat itu) daripada harus melakukan aksi demonstrasi yang anarkis. Mereka juga menyampaikan bahwa asal dilakukan dengang baik dan mengajukannya ke Komisi yang bersangkutan. Misalnya masalah kenaikan BBM maka diajukan kepada Komisi yang membawahi ekonomi, misalnya masalah pengadaan fasilitas pendidikan, diajukan kepada Komisi yang membawahi bidang pendidikan. 

Anggota DPRD juga menyebutkan bahwa sering kali aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat tidak dapat ditanggapi dengan baik karena tidak disampaikan kepada Komisi yang bersangkutan, seringkali tujuan penyampaian aspirasi sangat bersifat umum ( miasalnya hanya kepada anggota DPR saja tanpa menyebutkan tujuan spesifiknya). Selain itu anggota DPR juga menjelaskan bahwa tidak semua masalah yang disampaikan dapat diwujudkan semuanya karena setiap aspirasi yang datang dari masyarakat ditinjau dahulu kelayakannya dan direalisasikan dalam bentuk kebijakan berdasarkan kelayakan prioritas masalah tersebut.

Dalam diskusi dengan tema “Mengenal Parlemen Lebih Dekat “ ini juga para narasumber menyampaikan apresiasinya kepada mahasiswa Hubungan Internasional karena dinilai sangat antusias untuk mengikuti jalannya diskusi. Hal ini dilihat dari antusias peserta diskusi dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang berbobot dan mampu melihat fenomena-fenomena yang terjadi di Kalimantan Timur dan menyuarakannya sebagai suatu masukan yang berkualitas bagi DPRD Kalimantan Timur.

Beberapa pertanyaan yang diajukan oleh Mahasiswa yang menurut saya menarik adalah pertanyaan dari Risky Diana Priastari yang menanyakan lebih efektif mana penyampaian aspirasi dengan orasi maupun demonstrasi atau  penyampaian dengan forum diskusi, yang dijawab dengan baik oleh anggota DPR dengan alasan akan lebih efektif dengan berdiskusi namun sangat jarang terjadi dan semestinya dibangun.

Pertanyaan lainnya adalah dari Belita Ayu yang bertanya bagaimana DPRD Kalimantan Timur melakukan komunikasi politik dan soaialisasi politik  bagi masyarakat, yang dijawab oleh Angota DPR  bahwa komunikasi dan sosialisasi politik dilakukan dengan  adanya “recess” yaitu para anggota DPR melakukan kunjungan ke masyarakat dan melihat keadaan  menampung aspirasi dari masyaraat dan menjadikannya input dalam proses pembuatan kebijakan. Adanya “recess” ini diakui sangat membantu DPRD Kaltim dalam memahami masalah-masalah yang terjadi di Kalimantan Timur.

Hal menarik lainnya adalah adalah salah satu anggota DPR yang dengan lantang menyuarakan ketidaksetujuannya akan  salah satu tindakan Walikota Samarinda saat seorang mahasiswa yang bernama Rian Sutrisno bertanya tentang macetnya pembangunan salah satu taman kota dan pengalihan pembangunan dari salah satu Perusahaan ke Perusahaan  lainnya sehingga pembangunannya menjadi tidak efektif. Menurut saya secara pribadi, tindakan ini sangat berani karena terdapat banyak anggota DPR yang tak mampu menyuarakan ketidaksetujuaannya akan kebijakan dan keputusan pemerintah dan hanya menurut saja. Hal inilah yang seharusnya dibangun dan dikembangkan sehingga mendapat progres yang baik dalam pembangunan Kaltim kedepannya.

Secara keseluruhan, terlepas dari kekurangan-kekurangan yang ada, diskusi yang dilakukan sangat menarik. Diskusi dalam satu sesi materi dan dua sesi pertanyaan, memberikan masukan yang sangat baik dan menarik baik bagi mahasiswa maupun bagi Anggota DPRD Kalimantan Timur sendiri. Pertemuan berlangsung kurang lebih selama tiga jam dan diakhiri dengan sesi poto bersama dan tour keliling gedung DPR. 

Salah satu kata motivasi yang sangat menarik yang saya dapatkan dari jalannya diskusi adalah “ Mahasiswa adalah lokomotif perubahan maka sudah seharusnya mahasiswa bertindak dan berperilaku sebagai agen-agen perubahan (agent of the change). Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar