Nama : Mardiana
NIM : 1302045086
Hubungan Internasional Reguler B 2013
'Refleksi "Mengenal Parlemen Lebih Dekat"
Pada tanggal 18
Mei 2015 lalu, Mahasiswa program studi Hubungan Internasional, Universitas
Mulawarman angkatan tahun 2013, mengadakan kunjungan ke kantor DPRD Kalimantan Timur.
Kegiatan seminar yang bertema “ Mengenal Parlemen Lebih Dekat” ini merupakan
bagian dari tugas mata kuliah Teori Perbandingan Politik. Dimana
Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini diharapkan dapat melihat dan
membandingkan langsung teori yang telah
diajarkan atau didapatkan dikelas, dengan contoh nyatanya yaitu di lembaga
Parlemen daerah.
Kegiatan ini
tentu disambut antusias oleh para Mahasiswa, karena kunjungan langsung ke
lembaga Parlemen Kalimantan Timur ini adalah suatu kesempatan langka dan
berharga yang tidak boleh terlewatkan. Meskipun sempat mengalami penundaan
beberapa kali, akhirnya kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik. Berdasarkan
jadwal, acara seminar dimulai pada pukul 14.00 WITE setelah rapat Paripurna
selesai. Namun acara seminar baru benar-benar dimulai sekitar 30 menit kemudian
karena keterlambatan para pemateri.
Seminar dimulai
dengan perkenalan para pemateri kepada audiens atau Mahasiswa yang hadir. Para
pemateri ini adalah Bapak Adam (Fraksi HANURA), Bapak Erza Adityawarman (Dapil
4 Kutim dan Bontang), Bapak Hermanto Kelod (Fraksi PDIP Dapil 3 Paser), Bapak Mursidi Muslim (Fraksi
Golkar, Dapil Kubar Mahakam Ulu), Ibu Rita Barito (Fraksi Golkar), Bapak
Rosyidi dan Ibu Siti Qomariah (Dapil 1 Samarinda). Ketujuh pemateri ini
merupakan anggota dari komisi IV yang mana tugasnya adalah di bidang
Kesejahteraan Rakyat seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Setiap
pemateri menyampaikan isi materi yang berbeda, antara lain:
- kode etik anggota DPRD, yang mana hal ini diperlukan dalam mengatur tata tertib seperti cara berpakaian dalam mengikuti rapat,serta hak dan kewajiban.
- Bagaimana jam kerja para anggota DPRD yang tidak dibatasi seperti halnya PNS atau pegawai lain sehingga mereka boleh untuk tidak masuk di hari kerja. Jika tidak ada agenda kerja maka para anggota DPRD dapat berkunjung ke daerahnya masing-masing namun tetap menjalankan tugas dan peran mereka.
- Struktur di dalam lembaga DPRD yaitu ketua DPRD terdiri dari 4 partai pemenang pemilu dan ada 9 fraksi dimana tiap fraksi terdiri dari minimal 4 orang dan 4 komisi yaitu Komisi I (Bidang Hukum Pemerintahan dan Ham), Komisi II (Bidang Ekonomi dan Keuangan), Komisi III (Bidang Pembangunan) dan Komisi IV ( Bidang Kesejahteraan Rakyat).
- PDRB Kalimantan Timur yang disumbangkan ke kas Negara sebesar 470 – 510 Triliun, namun kembali ke daerah hanya 15,5% untuk minyak dan 30% untuk gas.
- Motivasi kepada Mahasiswa untuk menjadi seorang intelektualis, religious, pandai berbicara namun tetap menjaga etika dan nasionalisme.
Kemudian seminar
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang
terdiri dari dua sesi, masing-masing sesi terdiri dari dari 6 orang penanya.
Banyak sekali Mahasiswa yang mengacungkan tangan (sekitar 40% dari yang hadir)
namun hanya 12 orang yang ditunjuk karena keterbatasan waktu. Hal ini membuat
mereka yang tidak terpilih merasa cukup kecewa, termasuk saya, karena sebelum
acara dimulai, saya menawarkan diri pada teman-teman grup “Panggung Politik
Rakyat Paser “di Facebook untuk sekiranya ada yang ingin disampaikan atau
ditanyakan pada anggota DPRD, kebetulan sekali saat itu ada salah satu pemateri
dari Dapil Paser. Menurut saya, kegiatan seminar ini adalah momen yang pas,
karena suara mereka sebagai suara rakyat harus didengar, dan sebagai Mahasiswa,
sudah menjadi tugas kami untuk menyampaikan aspirasi rakyat seperti ini.
Ternyata banyak
sekali komen-komen yang masuk setelah saya posting status saya di beranda grup
ini. Sebagian besar mempertanyakan kapan Pemerintah akan memperbaiki jalan
poros provinsi hingga pelosok di daerah Paser. Karena akses jalan yang rusak
menjadi masalah utama bagi masyarakat dan cukup mengganggu perekonomian mereka.
Bahkan ada satu akun dengan nada keras mengatakan jika anggota DPRD tidak mampu
menjalankan tugasnya dengan baik, maka turunkan saja mereka dari jabatannya.
Saya sangat antusias ingin menyampaikan ini pada pemateri, namun sayangnya saya
tidak ditunjuk. Dengan menyesal saya sampaikan permohonan maaf kepada
teman-teman di grup “Panggung Politik Rakyat Paser” karena tidak sempat
menyampaikan aspirasi mereka.
Pertanyaan dari
teman-teman Mahasiswa menurut saya cukup kritis dalam melihat isu-isu disekitar
saat ini, seperti otonomi khusus, anggaran pendidikan, pembangunan salah satu
taman di Samarinda, dan sebagainya. Tetapi menurut hemat saya, jawaban-jawaban
yang diberikan justru kurang memuaskan, seperti isu Otonomi Khusus yang ternyata
belum pernah dibawa ke rapat Peripurna,
dan kurangnya komunikasi antara pejabat DPRD dengan walikota Samarinda dalam
pembangunan salah satu taman di
Samarinda yang terbengkalai.
Menurut saya,
acara seminar ini sangat bermanfaat untuk menambah ilmu dan pengalaman kami. Serta
mendorong kami untuk melihat secara kritis, bagaimana perilaku para anggota
DPRD secara langsung. Ya, saya melihat ada beberapa perilaku mereka yang
mengganggu selama acara seminar berlangsung. Contohnya datang terlambat,
bermain gadget, berbicara dan tertawa dengan rekan di sampingnya saat materi
sedang disampaikan. Ketika Mahasiswa bertanya ataupun pertanyaan sedang
dijawab, beberapa pemateri keluar-masuk ruangan beberapa kali. Ada pula
pemateri yang saat menyampaikan materi selalu menyebut jabatan ayahnya yang
seorang walikota, dimana hal ini seolah menunjukkan pada kami bahwa ia dapat menduduki
jabatannya sekarang karena ‘dibantu’ oleh ayahnya.
Acara seminar
pun berakhir pada sekitar pukul 16.00 WITE. Sebelum meninggalkan ruangan, para
pemateri dan Mahasiswa menyempatkan untuk berfoto bersama dan berjabat tangan
satu persatu.Saat meninggalkan ruangan, saya dan beberapa teman ditawarkan
untuk menaiki lift yang sama dengan Bapak Hermanto dan Ibu Rita Barito beserta
dua orang lain yang sepertinya adalah ajudan mereka. Di dalam lift, Bapak Hermanto berusaha mencairkan suasana dengan
berfoto bersama kami dan Ibu Rita. Sekali lagi saya tidak sempat bertanya
tentang teman-teman di grup Facebook tadi karena beliau berdua lebih dulu
keluar lift dibanding kami.
Setelah itu kami
berkeliling sebentar di gedung tersebut dan mengunjungi ruangan Wakil Ketua
DPRD. Beliau menyambut kami dengan ramah dan mempersilahkan kami untuk
mencicipi makanan dan minuman ringan diruangannya.
Setelah itu kami
keluar menuju lantai dasar dengan menggunakan tangga dimana tidak ada
penerangan sama sekali di tempat tersebut. Kami harus menyalakan ponsel kami
untuk mendapatkan pencahayaan saat kami berjalan. Selain itu, kondisi toilet
wanita juga tidak memadai, karena air tidak mengalir dan salah satu pintu
toilet tidak berfungsi dengan baik. Harusnya hal-hal kecil seperti ini tidak
lagi ditemui di kantor DPRD yang merupakan tempat bekerjanya para Elit Pemerintah. Bagaimana
mungkin bisa menjalankan hal yang besar jika hal kecil saja diabaikan.
selamat sore, saya menemukan binder mardiana di ATM, saya ingin mengembalikannya, bagaimana caranya ini email saya gaaauul@gmail.com
BalasHapus