Hasil Notulensi
Mata Kuliah : Hubungan Internasional di Asia Tenggara
Tanggal : 10 November 2015
Kelas :
HI B 2013
Notulen :
Mardiana (1302045086)
Latar Belakang Pembentukan ASEAN
Materi yang dibahas pada pertemuan ini adalah berkenaan
dengan latar belakang pembentukan ASEAN sebagai sebuah organisasi regional di Asia Tenggara.
Sebelum memulai penyampaian
materi, Mahasiswa ditanya mengenai hal apa saja yang mempengaruhi terbentuknya ASEAN. Beberapa Mahasiswa yang menyatakan pendapatnya adalah:
“Saudara
Wagis, yang berpendapat bahwa latar belakang terbentuknya ASEAN adalah karena adanya
kesamaan sejarah dari masing-masing negara di Asia Tenggara yakni sebagai bekas
negara jajahan. Selain itu, dengan
adanya ASEAN juga diharapkan dapat menghindarkan terjadinya konflik antara
negara-negara di Asia Tenggara.”
“Kemudian
saudari Yensi Claudia juga berpendapat bahwa latar belakang terbentuknya ASEAN
awalnya karena faktor internal dari masing-masing negara, yaitu ketidakmampuan
negara untuk berdiri dan memenuhi kebutuhannya sendiri. Maka dari itu,perlu
dibentuknya ASEAN yang menjembatani hubungan antar negara tersebut.”
“Sedangkan
pendapat ketiga dari saudara Ikvi,melihat bahwa latar belakang terbentuknya ASEAN sebenarnya
lebih kepada faktor eksternal kawasan. Yang mengutip pandangan Berry Buzan, bahwa
ASEAN dibentuk dengan tujuan untuk menangkal efek domino dari penyebaran paham
Komunis yang terjadi saat Perang Dingin.”
Dari
ketiga pendapat di atas, kita dapat melihat ada dua faktor yang dianggaap
mempengaruhi terbentuknya ASEAN, yaitu faktor eksternal seperti pendapat
saudara Ikvi, dan faktor internal seperti pendapat saudara Wagis dan Yensi
Claudia. Namun menurut banyak analisis, ASEAN awalnya memang dibentuk dari
faktor eksternal yang bertujuan untuk
menangkal domino efek di era Perang Dingin.
Komunisme
di era Perang Dingin diibaratkan sebagai sebuah gurita, yang dikhawatirkan oleh
AS dan sekutunya akan terus menyebarkan
pahamnya hingga ke wilayah Asia Tenggara. Dibuatlah Pakta Manila yaitu pakta
pertahanan Asia Tenggara, yang sebenarnya merupakan strategi dari Amerika
Serikat dan Inggris untuk menahan penyebaran komunisme di Asia Tenggara
sekaligus menjadi cikal bakal berdirinya ASEAN.
Pada
tahun 1955, organisasi
SEATO dibentuk namun kurang sukses
seiring perkembangnya . Kemudian di bulan April 1955, Konferensi Asia-Afrika diadakan di Bandung, sebagai bentuk kerjasama negara negara Asia dan Afrika
dalam menentang kolonialisme dan dicetuskannya gerakan Non-Blok.
Sebagai
pelopor Konferensi Asia-Afrika,nama Indonesia makin dikenal oleh dunia Internasional
. Moh.Hatta dalam KAA ini juga menyampaikan kebijakan luar negeri Indonesia
yang Bebas-Aktif.
“Saudara
Marzuq menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Bebas-Aktif ialah Bebas dalam
arti tidak memihak blok manapun (Blok Barat dan Blok Timur) serta Aktif dalam
menjaga perdamaian.”
Pada
28 Mei 1966, Malaysia dan Indonesia bertemu di Bangkok untuk mendeklarasikan
bahwa konflik kedua negara telah berakhir. Dan pada 11 Agustus di tahun yang sama, kedua
negara menandatangani Deklarasi Bangkok.
Pada
8 Agustus 1967, lima negara pelopor yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura,
Thailand dan Filipina menandatangani Deklarasi Bangkok dan menandai berdirinya
ASEAN.
ASEAN adalah bentuk
kerjasama regional dengan tujuan untuk mencapai Peace (Perdamaian), Progress
(Kemajuan), dan Prosperity (Kemakmuran) di Asia Tenggara. Selain itu, ASEAN juga
memiliki aturan main yang disebut dengan ASEAN Way, yang terbentuk dari Bandung
Principles atau Dasasila Bandung dalam KAA.
ASEAN
Way tersebut ialah:
1. Concensual
decision making, yaitu kesepakatan bersama.
2. Informal
Consultation, yaitu kesepakatan yang dilakukan melalui jalur internal atau ‘di
bawah meja’.
3. Respect
of Sovereignty, yaitu menghormati kedaulatan negara anggota yg lain.
4. Non-
interference, yaitu tidak mencampuri urusan politik dalam negeri masing-masing
anggota.
5. Renunciation
of the threat or use of force, yaitu tidak menggunakan ancaman kekuatan
militer.
Di
tahun 1967 ini, anggota ASEAN masih lima negara, yaitu kelima pelopor ASEAN
tersebut.Selanjutnya di tahun 1976, ASEAN Summit digelar untuk pertama kalinya.
“Saudari
Wa’anissa menanyakan apakah ada kemungkinan penyatuan mata uang di Asia
Tenggara dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN mendatang.”
Untuk
perihal penyatuan mata uang di Asia Tenggara, memang ada wacana yang menyatakan
hal tersebut seperti yang diterapkan di Uni Eropa. Namun perlu dikritisi apakah
cara-cara yang digunakan Uni Eropa dapat diterapkan di Asia Tenggara. Karena
ada beberapa kelemahan seperti krisis Yunani yang dampaknya juga harus
dirasakan oleh negara anggota Uni Eropa yang lain, yang harusnya Asia Tenggara
hindari untuk diterapkan di kawasan.
ASEAN
seiring perkembangannya kini telah berkembang menjadi banyak kerjasama dengan
negara-negara di luar kawasan. Seperti ARF (ASEAN Regional Forum) di tahun
1944, ASEAN+3 dengan tiga negara yaitu Jepang, Korea Selatan dan Cina ditahun
1997, dan EAS (East Asian Summit) dengan India, Australia dan New Zealand.
Dari
perkembangan kerjasama ini, muncul pertanyaan apakah tujuan ASEAN telah
tercapai? Apakah kerjasama dengan negara di luar kawasan Asia Tenggara tersebut
efektif atau justru mengungtungkan pihak luar? Pertanyaan- pertanyaan inilah
yang harus kita kritisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar