Kesiapan Masyarakat dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
Anggota Kelompok :
1. L. Idelia Kartika Sari (1302045075)
2. Lamtinur Citra Sitanggang (1302045129)
3. Mardiana (1302045086)
MEAmerupakan bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam bentuk sistem perdagangan
bebas antara Negara-negara Asia
Tenggara. Perjanjian
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC)telah disepakatiIndonesiabesertasembilan negara anggota ASEAN lainnya. Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA), secara khusus, bertujuan untukmencapai pasar ekonomi tunggal
kompetitif, yang memiliki pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja
terampil, dan modal secara bebas.
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) akan
membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi tunggal danmembuat
ASEAN menjadilebih
dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan langkah-langkah baru yang memperkuat inisiatif ekonomi; mempercepat integrasi regional di
sektor-sektor prioritas; memfasilitasi pergerakan bisnis, tenaga kerja
terampil; sertamemperkuat mekanismekelembagaan
ASEAN.
Program
Masyarakat Ekonomi
ASEAN (MEA) yang akan berlangsung ini tentu diharapkan dapat mengintegrasi masyarakat
di Kawasan Asia Tenggara sebagaimana halnya di UniEropa . Dan melihat dari substansi
yang diusungnya, MEA memiliki beberapa kelebihan dan tantangan
yang penting untuk diketahui. Kelebihan dan tantangan tersebut yaitu:
1.
Kelebihan
MEA
Berangkat dari krisis yang pernah terjadi di tahun 1997 dan 2009, integrasi ekonomi MEA diharapkan dapat membawa perubahan ASEAN dan menjadi solusi atas krisis yang
pernah terjadi dikawasan
Asia Tenggara. Selain itu, kawasan Asia Tenggara juga berpotensi besar menjadi pasar dunia dilihat dari letaknya
yang strategis dan potensi yang setiap Negaranya miliki. Disinilah peran MEA
sangat menentukan. Negara-negara anggota
ASEAN harus menyadari potensi ini, dan memanfaatkan program MEA dengan baik guna memajukan kawasan Asia
Tenggara, khususnya memajukan perekonomian domestik di Negara masing-masing.
2.
Tantangan
menghadapi MEA
Di samping kelebihannya, program MEA juga memiliki beberapa tantangan atau kendala yang masih harus dibenahi. Setiap Negara anggota
ASEAN tentu memiliki tantangannya tersendiri. Dan bagi Indonesia,
tantangan yang dihadapi dalam menyongsong MEA antara lain:
a.
Kondisi Infrastuktur yang masih belum baik
b.
Tentang kepastian hukum seperti ada UU yang masih
tumpang tindih
c.
Masalah ineffisien birokrasi
d.
kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai ASEAN yang masih sangat
terbatas.
Dari tantangan di atas, Pemerintah dan masyarakat Indonesiasudah seharusnya bekerjasama mengatasi hal ini. Indonesiasebagai Negara terbesar dengan penduduk terpadat di
Asia Tenggara harus memanfaatkan potensi yang dimilikinya dalam menghadapi
MEA agar tidak terbawa arus pasar bebas yang justru merugikan.
Kerjasama antara Pemerintah dan masyarakat dalam menyongsong MEA saat ini masih sangat
minim. Hal ini disebabkan kurangnya sosialisasi yang dilakukan guna mengenalkan
MEA pada masyarakat luas. Untuk itu, sebagai
Mahasiswa penstudi Hubungan Internasional
yang mempelajari Kawasan Asia Tenggara dan program MEA ini, kami
merasa wajib untuk ikut mensosialisasikan program MEA kepada masyarakat, khususnya masyarakat ekonomi bawah, guna membantu mereka mengetahui seperti apa Masyarakat Ekonomi
ASEAN dan diharapkan mereka dapat memanfaatkan momentum MEA ini dengan baik.
Sosialisasi
Mea Kepada Kalangan Grass Root
Sosialisasi dilakukan oleh mahasiswa kelas HI B 2013 yaitu Lamtinur Citra
Lestari Sitanggang, L. Idelia Kaetika Sari, Mardiana kepada beberapa masyarakat
dari golongan grassroot (masyarakat kalangan bawah). Sosialisasi dan wawancara ini dilakukan dalam rangka
mengetahui sejauh mana masyarakat mengerti akan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang
akan direalisasikan di akhir 2015,sekaligus melihat bagaimana kesiapan
masyarakat Indonesiakhusunya masyrakat dari Golongan grass root .
Hasil yang kami dapatkan adalah bahwa
masyarakat dari golongan grass root sangat
jarang mengetahui tentang MEA dan cenderung tidak mau tahu. Narasumber
kami misalnya Bapak Jusuf (40 ) Penjual bubur ayam keliling dan Jhon seorang (20) seorang penjual soto
sekaligus bubur ayam bahkan tidak tahu dan belum pernah mendengarkan istilah
MEA, dan tampak tidak antusias ketika kami mencoba menjelaskan tentang pengertian MEA masalahnya dan
tantangan MEA. Tetapi ada pula narasumber yang sudah pernah mendengar tentang
Masyarakat Ekonomi ASEAN, tetapi belum mengerti akan hal itu,salah satunya
adalah Bapak udin (67) yang bekerja sebagai penjahit sepatu.
Beliau mengatakan belum mengerti akan
bagaimana nantinya MEA itu dijalankan,
namun mereka sudah mengetahui bahwa MEA ini adalah bagian dari perdagangan
bebas yang menurutnya sudah menjadi wacana sejak lama. Mereka juga cukup
tertarik ketika kita mencoba menjelaskan tentang MEA, dan banyak bertanya
tentang masalah-masalah MEA. Narasumber lainnya adalah Siska (19) bekerja sebagai penjual es. Siska pernah
mendengar tentang MEA namun tidak cukup mengerti akan MEA.
Hal yang kemudian kami temui adalah keterkejutan para narasumber ketika
mengetahui bahwa Masyarakat ekonomi asean sudah akan berlangsung di akhir Desember
2015, bahkan salah satu narasumber sempat mengutarakan kekesalannya dengan
mengatakan “wah begitu ya mbak , ini
apakah pekerjaan Jokowi?” Dan kitapun menjelaskan bahwa MEA sudah
digadang-gadang sejak lama, sejak masa sebelum pemerintahan Presiden Jokowi.
Ketika kita bertanya tentang kesiapan para narasumber dalam menyongsong
Masyarakat Ekonomi ASEAN, kebanyakan dari narasumber mengaku pasrah, hal ini
diperkuat dengan ungkapan mereka seperti
“ ya udah toh mba, terserah pemerintah
saja, kalo rejeki nggak kemana kok.”
Dari wawancara ini, kami menarik
kesimpulan bahwa :
Masyarakat Indonesiabelum
terlalu megerti kan adanya MEA di kawasan ASEAN termasuk Indonesiadan cenderung
acuh dan tidak mau tahu. Hal ini membuat kami kurang optimis, akan prospek MEA
terhadap pengembangan Ekonomi indonesia, khususnya untuk kalangan gras root. Hal ini juga mempengaruhi
bagaimana peran ASEAN dalam mewujudkan tujuan ASEAN “prospherity/
kesejahteraan. Mungkin hal ini hanya akan dirasakan oleh kalangan elit yang
mengerti dan mampu bersaing dalam Kancah MEA namun tidak untuk kalangan grass root di indonesia. Hal inilah yang menjadi PR kita
bersama, baik pemerintah, mahasiswa khususnya mahasiswa Hubungan Internasional
agar seiring berjalannya waktu, Indonesia tidak peduli dari golongan manapun,
mampu menyikapi MEA dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar